Potensi sumber daya ikan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) cukup besar terlihat dari produksi perikanan tangkap pada tahun 2023 mencapai 182.946 ton, naik 3,5 persen dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 176.781 ton.
"Kenaikan produksi perikanan tangkap ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya ikan di wilayah Kaltim masih cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para nelayan," ujar Kepala Seksi Pengendalian Penangkapan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim Aspiany di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltim, hasil perikanan tangkap di Kaltim mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2023. Bulan dengan produksi tertinggi adalah Desember dengan 16.503 ton, sedangkan bulan dengan produksi terendah adalah Januari dengan 14.140 ton.
Aspiany menambahkan bahwa produksi perikanan tangkap di Kaltim juga bervariasi di setiap kabupaten/kota. Kabupaten dengan produksi tertinggi adalah Kutai Kartanegara dengan 7.141 ton pada bulan Desember 2023, diikuti oleh Bontang dengan 2.141 ton dan Berau dengan 2.035 ton.
Aspiany menambahkan bahwa produksi perikanan tangkap di Kaltim juga bervariasi di setiap kabupaten/kota. Kabupaten dengan produksi tertinggi adalah Kutai Kartanegara dengan 7.141 ton pada bulan Desember 2023, diikuti oleh Bontang dengan 2.141 ton dan Berau dengan 2.035 ton.
"Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki wilayah perairan yang luas dan banyak memiliki sungai-sungai besar yang menjadi habitat ikan air tawar. Kabupaten Bontang dan Berau memiliki potensi ikan laut yang melimpah, terutama di sekitar kawasan konservasi laut," papar Aspiany.
Sementara itu, kabupaten dengan produksi terkecil adalah Mahakam Ulu dengan hanya lima ton pada bulan Desember. Aspiany mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh faktor geografis dan infrastruktur yang kurang memadai.
"Kabupaten Mahakam Ulu merupakan kabupaten terpencil yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Akses transportasi dan komunikasi di sana masih sangat terbatas, sehingga mempengaruhi aktivitas perikanan tangkap," tutur Aspiany.
"Kabupaten Mahakam Ulu merupakan kabupaten terpencil yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Akses transportasi dan komunikasi di sana masih sangat terbatas, sehingga mempengaruhi aktivitas perikanan tangkap," tutur Aspiany.
Ia mengatakan, Kaltim memiliki enam pangkalan dan pelabuhan ikan sebagai wadah bongkar muat ikan hasil tangkapan nelayan, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan Selili Samarinda, Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjung Limau Bontang, serta Pelabuhan Perikanan Api-Api Bontang.
"Kemudian, Pelabuhan Perikanan Manggar Baru Balikpapan, Pelabuhan Perikanan Sangatta Kutai Timur, dan Pangkalan Pendaratan Ikan Sambaliung Berau," sebut Aspiany.
Ia berharap bahwa produksi perikanan tangkap di Kaltim dapat terus meningkat di tahun-tahun mendatang, dengan didukung oleh kebijakan pemerintah yang proaktif dan partisipasi masyarakat yang aktif.
Pihaknya terus berupaya untuk memberikan bantuan dan fasilitas kepada para nelayan, seperti peralatan penangkapan ikan, bahan bakar, asuransi, dan program pembinaan kepada nelayan.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan dengan tidak melakukan penangkapan ikan secara ilegal, tidak ramah lingkungan, dan tidak berkelanjutan," tutur Aspiany.