Balikpapan (ANTARA) - Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Kalimantan Timur Aris Adriyanto mengatakan daya beli masyarakat Kalimantan Timur terhadap produk fesyen mengalami penurunan dua persen pada kuartal pertama 2025.
"Penurunan dua persen ini bila dibandingkan pada kuartal pertama di tahun lalu," katanya, di Balikpapan, Minggu (20/4).
Menurut aris, kecenderungan ini menunjukkan bahwa produk-produk fesyen bukan lagi menjadi prioritas utama belanja masyarakat dalam beberapa bulan terakhir.
Dia memperkirakan situasi ekonomi membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran untuk barang yang sifatnya tersier, dimana fesyen termasuk di dalamnya.
Di sisi lain, APPBI mencatat terjadi peningkatan pada industri makanan dan minuman (Food and Bavarage/FnB) di pusat perbelanjaan.
"Pada industri tersebut terjadi peningkatan hingga 25 persen bila dibanding tahun lalu," sebutnya
Aris menilai, hal ini adalah bentuk adaptasi terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat, mereka kini lebih memilih pengalaman kuliner ketimbang membeli barang fesyen baru.
"Ini sebagai bentuk relokasi pengeluaran masyarakat yang sebelumnya digunakan untuk belanja fesyen," jelasnya.
Perubahan itu, katanya memiliki dampak yang signifikan bagi penyewa atau kios di pusat perbelanjaan yang mengandalkan penjualan produk fesyen.
"Pola penataan kios di pusat perbelanjaan juga mengalami perubahan," ungkapnya.
Dalam hal ini, pihaknya mencatat pergeseran komposisi kios, dari yang sebelumnya didominasi oleh produk non-makanan, kini berangsur seimbang bahkan mengarah ke dominasi FnB.
Menurut catatan APPBI, pada 2024 perbandingan kios FnB dan non-FnB masih sekitar 25:75, namun pada awal 2025, komposisi tersebut berubah menjadi sekitar 45-50 persen untuk FnB.
Sementara itu, untuk tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan di Kaltim, Aris mengklaim mengalami peningkatan pada kuartal pertama 2025.
Menurut dia, mal-mal besar di Balikpapan dan Samarinda, seperti E-Walk, Plaza Balikpapan dan Big Mall, menjadi magnet bagi warga yang tidak mudik saat momentum Idul Fitri lalu.
"Yang menjadi penyebabnya itu berbagai agenda yang digelar saat hari besar tersebut," ucapnya.
Contohnya, dari Plaza Balikpapan yang menggelar acara menarik seperti pertunjukan sulap (magic show) yang berhasil menarik perhatian warga.
Aris yang juga menjabat sebagai Manajer Umum di Plaza Balikpapan menyampaikan bahwa kunjungan harian di Plaza Balikpapan mencapai 16.000-18.000 orang pada hari kerja dan melonjak menjadi 33.000-42.000 pengunjung pada akhir pekan.
"Sementara E-Walk dan Big Mall bahkan mencatatkan angka kunjungan yang lebih tinggi yakni sekitar dua kali lipatnya," ungkapnya.
Aris menilai agenda tertentu menjadi senjata ampuh bagi pengelola mal untuk menarik dan mempertahankan pengunjung.
Dia menyarankan, agar pusat perbelanjaan yang ramai tersebut berkesinambungan dengan daya beli fesyen, pihak perbelanjaan harus meningkatkan upaya promosi serta menciptakan kolaborasi yang lebih erat antara kios dan pusat perbelanjaan.
“Kios fesyen harus lebih agresif di media sosial, update koleksi, dan kreatif mengemas promosi agar tetap relevan dengan pasar,” katanya.
Aris juga mendorong seperti Matahari dan ritel lokal mampu membaca tren yang berkembang dan mengadopsi strategi penjualan digital untuk menjangkau konsumen muda yang kini lebih banyak berbelanja secara daring.
“Sekarang yang penting bukan cuma diskon, tapi bagaimana menghadirkan pengalaman berbelanja yang personal dan terhubung dengan gaya hidup konsumen,” tuntas Aris.