Balikpapan (ANTARA) - Tim identifikasi korban bencana Disaster (Victim Identification/DVI) Polda Kalimantan Timur bersama Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan melaksanakan proses identifikasi ilmiah terhadap jasad korban yang ditemukan dalam pencarian tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Muchlisa di perairan Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
“Tim DVI hari ini menerima satu kantong jenazah berisi jasad perempuan. Proses identifikasi sedang berlangsung secara ilmiah sebagai bentuk kontribusi dan tanggung jawab moral kami dalam setiap peristiwa bencana di wilayah Kalimantan Timur,” kata Kabiddokkes Polda Kaltim Kombes Pol Nelson Situmorang di Balikpapan, Rabu (7/5).
Menurut Nelson, tim telah mengumpulkan data antemortem dari pihak keluarga dan rekan kerja korban, termasuk ciri-ciri fisik serta informasi medis semasa hidup.
“Tim antemortem sudah bekerja sejak hari pertama setelah insiden terjadi. Sekarang proses postmortem tengah berlangsung di RS Bhayangkara Balikpapan di bawah kendali Karumkit Kombes Pol Priyo Nugroho,” jelasnya.
Dikemukakannya bahwa proses rekonsiliasi antara data antemortem dan postmortem menjadi kunci utama dalam menentukan identitas jenazah secara sah. Apabila ditemukan kesesuaian pada satu indikator primer atau dua indikator sekunder, maka identifikasi dianggap sah secara ilmiah dan sesuai protokol internasional.
“Pemeriksaan primer mencakup sidik jari, catatan gigi (odontogram), dan pencocokan DNA, sedangkan pemeriksaan sekunder meliputi tanda khusus di tubuh dan barang-barang pribadi korban,” lanjut Nelson.
Dalam pelaksanaannya, tim forensik bekerja sama dengan tim Indonesia (Automatic Fingerprint Identification System/INAFIS ) Polda Kaltim serta tenaga medis spesialis, termasuk dokter forensik dan dokter gigi forensik.
"Pemeriksaan properti yang ditemukan bersama jasad juga dilakukan sebagai bagian dari penunjang identifikasi," ungkapnya.
Sementara itu, Karumkit RS Bhayangkara Balikpapan Kombes Pol Priyo Nugroho menyampaikan bahwa proses pengumpulan data antemortem telah dilakukan sejak korban dinyatakan hilang.
“Segera setelah informasi kecelakaan diterima dan dua orang dinyatakan hilang, tim kami langsung melakukan wawancara dengan keluarga, teman kerja, hingga pihak-pihak yang terakhir berinteraksi dengan korban dalam kurun waktu tiga bulan terakhir,” ungkap Priyo.
Priyo menyatakan bahwa proses ini memungkinkan percepatan dalam pencocokan data, sehingga tim DVI dapat segera menentukan apakah jenazah telah teridentifikasi secara positif atau belum.
“Semuanya dilakukan secara ilmiah dan profesional, dengan mengoptimalkan potensi yang ada. Kami berkolaborasi erat dengan Basarnas, Polairud, Brimob, penyelam, serta instansi terkait lainnya,” tutupnya.
Sebelumnya, dua kru KMP Muchlisa, yakni Ilham dan Khayu Mutiara Purwati, dinyatakan hilang usai kapal yang mereka operasikan tenggelam pada Senin (5/5) sore. Keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di kedalaman 12 meter oleh tim SAR gabungan.
Jenazah Khayu ditemukan pada Rabu pagi dan langsung dievakuasi ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi.