Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda menunjukkan bukti ilmiah terkait dugaan pencemaran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dikeluhkan masyarakat dari sampel kendaraan yang sempat ramai tersendat baru-baru ini.
Wali Kota Samarinda Andi Harun di Samarinda , Senin mengungkapkan bahwa hasil kajian tim independen dari kalangan peneliti menemukan adanya ketidaksesuaian kualitas BBM yang diambil langsung dari kendaraan konsumen dengan standar yang ditetapkan.
Temuan ini berbeda dengan hasil uji laboratorium sebelumnya yang dilakukan terhadap sampel dari Terminal Patra Niaga serta dua SPBU (SPBU Sriadai dan SPBU Pranoto) pada 12 April 2025.
Andi Harun menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium awal, BBM dari lokasi tersebut dinyatakan layak secara kualitas dan memenuhi standar.
"Berdasarkan hasil uji laboratorium, BBM yang diambil dari Terminal Patra Niaga serta dua SPBU tersebut masih berada dalam kondisi baik dan memenuhi standar kualitas," ujarnya.
Namun, keluhan warga terkait kerusakan kendaraan mendorong tim akademisi untuk melakukan pengujian lebih lanjut terhadap sampel BBM yang diambil langsung dari kendaraan konsumen yang terdampak.
Hasilnya menunjukkan bahwa seluruh dari tiga sampel yang dianalisis memiliki nilai Research Octane Number (RON) di bawah standar minimal Pertamax, yaitu RON 86,7 (sampel 1), 89,6 (sampel 2), dan 91,6 (sampel 3). Padahal, standar RON untuk Pertamax adalah minimal 92.
Pengujian lanjutan dilakukan terhadap sampel dengan nilai RON tertinggi (91,6). Hasilnya mengungkap adanya kandungan timbal sebesar 66 ppm, kandungan air mencapai 742 ppm, kandungan total aromatik sebesar 51,16 persen v/v, dan kandungan benzen sebesar 8,38 persen v/v yang melebihi ambang batas yang ditetapkan untuk BBM jenis Pertamax.
Andi Harun menegaskan bahwa pengambilan seluruh sampel dari kendaraan dilakukan secara valid dan dokumentasi dengan baik, mencakup waktu dan lokasi pengambilan.
Lebih lanjut, analisis menggunakan teknologi SEM-EDX dan FTIR mengindikasikan adanya kontaminasi logam seperti timah (Sn), rhenium (Re), dan timbal (Pb). Selain itu, ditemukan pula pembentukan senyawa polimer seperti polyethylene dan polystyrene yang berpotensi menyebabkan penyumbatan pada filter bahan bakar kendaraan.
"Ini bukan pendapat pribadi saya, ini murni hasil uji ilmiah. Tim dari Polnes tidak bekerja sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan Pemkot Samarinda dan tiga hingga empat lembaga lain yang kredibel," ucap Andi Harun.