Samarinda (ANTARA) -
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Jaya Mualimin mengampanyekan terapi antiretroviral (ARV) sebagai langkah pengendalian bagi ibu hamil dengan positif Human Immunodeficiency Virus (HIV).
"Dengan terapi ARV yang tepat, virus dapat dikendalikan sehingga tidak menyebar ke plasenta dan mencegah penularan kepada bayi," ujar Jaya di Samarinda, Minggu
Dia mengingatkan risiko penularan virus dari ibu hamil dengan positif HIV ke anak tetap ada, tanpa pengendalian pengobatan yang sesuai.
Jaya menyatakan terjadi kasus seorang ibu meninggal saat melahirkan akibat HIV di Kaltim pada 2022.
"Kita harus memastikan tidak ada lagi ibu hamil positif HIV yang terlewat dari pengobatan," ujarnya.
Jaya menyatakan HIV tidak hanya mempengaruhi komunitas tertentu, tapi juga ibu hamil. Berdasarkan pemeriksaan terhadap 45 ribu ibu hamil, ditemukan sekira 0,4 persen di antaranya positif HIV.
"Itu adalah perhatian serius kami, mengingat risiko penularan kepada bayi. Kami memberikan penanganan khusus bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV," ujarnya.
Baca juga: Pemahaman HIV/AIDS jadi pendekatan hapus stigma masyarakat
Dengan inisiatif ini, Pemerintah Kaltim berharap dapat mengurangi beban pasien HIV dan mencegah penularan lebih lanjut, khususnya dari ibu ke anak.
Selain ibu dan bayi, Jaya menambahkan laki-laki juga berisiko tinggi tertular HIV, terutama akibat perilaku seks bebas.
Dinas Kesehatan Kaltim telah menyiapkan Pelayanan Dukungan Perawatan (PDP) melalui klinik dan dokter praktik yang siap melayani pasien HIV.
"Semua tercatat dalam sistem informasi HIV AIDS (SIHA), setiap klinik dan dokter memiliki akun tersendiri untuk melaporkan kasus-kasus HIV," katanya.
Guna meningkatkan layanan penanganan HIV, Dinkes Kaltim menyediakan obat dan fasilitas gratis kepada para pasien. Salah satu langkah penting adalah menyediakan obat anti retroviral (ARV) yang terbukti efektif dalam mengelola kondisi pasien.
Baca juga: Dinkes Kaltim imbau masyarakat jangan kucilkan pengidap HIV/Aids
"Kami berkomitmen untuk mendukung pasien HIV dengan menyediakan ARV gratis. Itu adalah langkah penting untuk memastikan bahwa pasien dapat menjalani pengobatan secara konsisten dan memperpanjang kualitas hidup mereka," ujarnya.
Jaya berharap akan ada obat baru yang dapat menyembuhkan HIV secara permanen untuk pasien. Tapi sampai saat ini, ada kerja sama antara dokter swasta, klinik, dan rumah sakit untuk menjadi pusat pengobatan utama bagi pasien.
"Kami juga telah menyerahkan tanggung jawab itu ke semua puskesmas di wilayah," katanya. (Adv/Dinkes Kaltim)