Balikpapan (ANTARA) - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengedepankan kolaborasi lintas sektor sebagai strategi utama dalam memulihkan ekosistem hutan dan melindungi satwa liar di wilayah ibu kota negara baru tersebut.
"Pemulihan lingkungan di kawasan IKN tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan juga melibatkan sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal," Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Myrna Asnawati Safitri, Selasa (22/4).
Dia mengemukakan, program reforestasi yang dilakukan sekarang bisa berjalan lebih cepat karena ada partisipasi aktif dari pihak-pihak non-pemerintah
Myrna menyebutkan, hingga April 2025, lebih dari 3.000 hektare lahan kritis telah direforestasi melalui pendekatan multipihak tersebut. Ia menargetkan tambahan 1.000 hektare pada akhir 2025.
"Pendekatan kolaboratif ini kami anggap sebagai solusi jangka panjang. Lingkungan bukan hanya urusan satu lembaga," ujarnya.
Menurut dia, keterlibatan perusahaan swasta memberikan dukungan finansial maupun teknis dalam penanaman kembali pohon asli Kalimantan dan restorasi habitat. Sementara LSM berperan dalam advokasi konservasi dan edukasi masyarakat.
Myrna menjelaskan bahwa selain reforestasi, Otorita IKN juga memperkuat upaya konservasi satwa, khususnya orangutan, melalui kerja sama dengan tiga organisasi yang selama ini aktif dalam rehabilitasi satwa tersebut.

"Kami tidak ingin pembangunan ibu kota justru menjadi ancaman baru bagi satwa liar. Karena itu, kami dukung penuh rehabilitasi orangutan oleh LSM dan yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) di Samboja Lestari," katanya.
Menurut Myrna, kawasan Samboja Lestari diidentifikasi sebagai kawasan lindung sekaligus koridor keanekaragaman hayati, yang kini ditetapkan sebagai lokasi rehabilitasi satwa dan pemantauan ekosistem.
Meski wilayah IKN bukan habitat alami orangutan, namun aktivitas rehabilitasi di kawasan ini menjadi bagian dari upaya penyelamatan dan pelepasliaran satwa ke hutan konservasi yang sesuai.
"Ini bukan hanya soal pelestarian, tapi juga soal pendidikan ekologis. Kami ingin masyarakat di sekitar IKN ikut paham dan mendukung pentingnya keberadaan satwa-satwa ini," ujar Myrna.
Ia menambahkan edukasi lingkungan menjadi bagian tak terpisahkan dari program reforestasi dan konservasi yang dijalankan Otorita IKN. Edukasi tersebut menyasar sekolah, komunitas adat, hingga pemangku kepentingan lokal.
"Reforestasi bisa gagal tanpa dukungan sosial. oleh karena itu pendekatan kami tidak hanya teknis, tetapi juga sosiokultural," ucapnya.
Myrna menegaskan dengan strategi berbasis kemitraan , Otorita IKN berharap kawasan ibu kota baru tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga teladan dalam hal pembangunan yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.