Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan tidak akan mencabut pernyataannya yang mengingatkan masyarakat untuk tidak memilih pemimpin yang pandai berbicara manis.
Menurut kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, ia memiliki kewajiban untuk menyampaikan kepada masyarakat untuk tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik.
"Ya enggak (dicabut), wong saya punya kewajiban sebagai Menteri Agama untuk menyampaikan kepada seluruh umat beragama menjaga agama masing-masing agar jangan diperalat untuk urusan politik," kata Yaqut saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Yaqut atau akrab disapa Gus Yaqut memang menyampaikan dalam acara Doa Bersama Wahana Nagara Rahaja di Solo pada Jumat (29/9) untuk jangan asal memilih pemimpin berdasarkan fisiknya yang rupawan dan pandai berbicara, serta menggunakan agama sebagai alat politik.
Baca juga: Rasulullah jadi contoh kebaikan dan kemanusiaan
Pernyataan tersebut dianggap menyinggung bakal calon presiden yang diusung PKB Anies Baswedan.
Yaqut juga membantah bahwa pernyataannya tersebut telah membuat gaduh masyarakat. Menurut dia, pernyataan tersebut merupakan norma yang objektif untuk disampaikan kepada publik.
Ia menilai bahwa masyarakat harus memilih secara rasional agar agama tidak ternodai karena urusan politik.
"Saya ini menyampaikan norma-norma yang benar, yang objektif menurut saya. Publik itu ya begitu pilih yang rasional, pilih dengan pertimbangan yang benar-benar untuk bangsa dan Negara. Jangan hanya lihat fisik, salahnya di mana kok gaduh? Ya enggak lah menurut saya," katanya.
Baca juga: Menag Yaqut segera kaji larangan haji lebih dari satu kali
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang menjadi pasangan Anies sebagai bakal calon wakil presiden menanggapi bahwa pernyataan Yaqut seperti seorang "buzzer".
Ketika ditanya soal adanya friksi atau gesekan di tubuh PKB, Yaqut mengaku tidak tahu karena ia merupakan pengurus PKB nonaktif.
"Friksinya di mana? Emang Cak Imin melakukan apa? Enggak apa-apa, orang nyebut biasa aja, mau disebut 'buzzer', disebut apa selama saya meyakini saya menyampaikan apa yang saya yakini sebagai sebuah kebenaran, ya silakan sebut apa saja," katanya.
Baca juga: Hadapi Pemilu 2024, Polri gelar operasi pencegahan konflik sosial