Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur menggelar lokakarya peningkatan kapasitas bagi tim Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di 35 rumah sakit (RS) rujukan TBC RO di provinsi tersebut.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan angka keberhasilan pengobatan TBC RO di Kalimantan Timur," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Ivan Hariyadi di Samarinda, Selasa.
Ia mengungkapkan bahwa lokakarya ini merupakan langkah penting dalam upaya penanggulangan TBC RO.
"Lokakarya ini menjadi wadah bagi para tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam tata laksana pengobatan TBC RO," ujar Ivan.
Lokakarya yang berlangsung selama tiga hari, 19-21 November 2024 di Samarinda itu menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya, antara lain Mufidatun Hasanah selaku tenaga ahli klinis RSUD Kanudjoso Djatiwibowo, bersama Yanti Evi Arlini Gultom selaku tenaga ahli klinis RSUD Abdoel Wahab Sjahrani.
Kemudian juga hadir sebagai narasumber Diah Budiarti selaku tenaga ahli klinis RSUD Abdoel Wahab Sjahrani, dan Asauk Pramustyo Hadi selaku Ketua PPI RSUD Mata Provinsi Kalimantan Timur.
Ivan menjelaskan materi lokakarya mencakup berbagai aspek penting dalam penanganan TBC RO, mulai dari tatalaksana pengobatan pada anak dan dewasa, pemantauan respon pengobatan, hingga tatalaksana efek samping obat.
"Selain itu, lokakarya ini juga membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TBC di tingkat fasyankes," kata Ivan.
Ia berharap melalui lokakarya itu angka keberhasilan pengobatan TBC RO di Kalimantan Timur dapat meningkat.
"Kami menargetkan angka keberhasilan pengobatan TBC RO di Kalimantan Timur dapat mencapai lebih dari 70 persen pada tahun 2025," ucap Ivan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, jumlah kasus TBC RO yang ditemukan di provinsi ini terus meningkat. Pada tahun 2023, tercatat 114 kasus TBC RO, dan hingga November 2024, jumlahnya meningkat menjadi 120 kasus.
"Peningkatan jumlah kasus ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami dalam upaya penanggulangan TBC RO," kata Ivan.
Ia menambahkan tingginya angka resistensi obat terhadap TBC menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur terus berupaya meningkatkan kualitas layanan TBC RO di seluruh fasilitas layanan kesehatan.
"Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan TBC RO yang berkualitas dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat Kalimantan Timur," cakap Ivan.*