Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menyarankan Partai Golkar untuk meningkatkan "Political Marketing" menjelang Pemilu 2024.
"Harus ditingkatkan political marketing apalagi di zaman medsos seperti ini, apa saja harus dipasarkan, political marketing-nya harus mantap. Harus lebih banyak lagi influencer-nya, mungkin bukan buzzer-lah tapi influencer," kata Azyumardi dalam seminar daring nasional bertema "Dua Dasawarsa Kemenangan Golkar 2004-2024", di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, meningkatkan Political Marketing Partai Golkar terhadap calon presiden yang akan diusungnya.
Political marketing yang baik, kata Azyumardi, telah dilakukan Golkar ketika dipimpin oleh Akbar Tanjung. Saat itu pemberitaan tentang Golkar bertone negatif.
Namun, hal tersebut justru berdampak positif bagi Partai Golkar yang keluar sebagai pemenang Pemilu 2004 dengan perolehan suara sebesar 21,58 persen.
Kecerdasan para pengurus saat itu yang dapat memanfaatkan masifnya pemberitaan, menjadi ajang untuk mempromosikan partai.
"Tadi sudah dikeluarkan oleh Bang Akbar, dihujat-dihujat, tapi kemudian Golkar muncul dengan paradigma baru. Paradigma baru itu juga pendekatannya, pendekatan politik baru dan kemudian orientasi pasar politik berjangkauan luas political marketing," ujar paparnya.
Oleh karena itu, Partai Golkar harus menampilkan figur yang bersih dalam Pilpres 2024 di tengah beberapa tokohnya yang tertangkap oleh KPK karena kasus dugaan korupsi.
"Figur bersih ini dapat menarik simpati dan suara dari masyarakat," ucap mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini.
Dalam kesempatan itu, Azyumardi menuturkan Partai Golkar perlu merangkul tokoh-tokoh lama Golkar, seperti Wiranto (Hanura), Surya Paloh (NasDem) dan Prabowo Subianto (Gerindra) agar memenangi Pemilu 2024.
"Setidaknya para tokoh itu bisa 'ditarik kembali' untuk mendapatkan suara. Saya kira, ini kalau ingin berjaya kembali, ini harus dirangkul kembali. Harus ada langkah-langkah mengkonsolidasikan kelompok-kelompok yang splinter atau menyempal dari Golkar ini, dari induknya Golkar," tutur Cendekiawan Muslim Indonesia ini.