Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Ketua Persatuan Diabetes Indonesia Cabang Balikpapan dr Lukman Hatta menyatakan prihatin dengan perkembangan penyakit kencing manis atau diabetes melitus yang kini juga mengancam kalangan anak muda usia 20-an tahun.
"Penyebab utamanya adalah gaya hidup," kata dr Lukman saat ditemui di Balikpapan, Jumat.
Diabetes melitus adalah kelainan di dalam fungsi tubuh, di mana kadar gula dalam darah tidak bisa dikendalikan sebab hormon penyeimbangnya yang menetralkan gula, diproduksi sedikit oleh kelenjar pankreas, atau jumlah insulin dalam darah sebenarnya cukup, tapi tidak berfungsi maksimal.
Kelebihan gula dalam darah itu kemudian mengancam kesehatan berbagai organ dalam tubuh, misalnya dapat menyerang syaraf penglihatan sehingga dapat menyebabkan kebutaan.
Menurut dr Lukman, perkembangan zaman dan teknologi saat ini semakin memudahkan cara hidup orang, bahkan cenderung memanjakan.
Misalnya, lift atau eskalator membuat orang segan naik tangga yang membuat tubuh bergerak membakar gula dalam darah dan menjadikan orang terlatih, kesibukan membuat hidup orang tidak seimbang, lupa olahraga yang sesungguhnya membantu orang agar tetap sehat.
"Belum lagi makanan yang hanya memuaskan selera tapi tidak sehat untuk tubuh," jelas dokter spesialis penyakit dalam itu.
Sebab itu, lanjutnya, berdasarkan data tahun 2013, Provinsi Kaltim menempati urutan keempat teratas dalam hal penderita diabetes melitus setelah Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara.
Penderita diabetes di Kaltim mencapai 2,3 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas dan jumlahnya diperkirakan mencapai 63.330 jiwa.
Fakta ini membuat Persadia Cabang Balikpapan sangat peduli atas kemunculan penyakit itu pada anak-anak muda.
"Kami utamakan pencegahan karena itulah yang paling efektif, sebab bila sudah terkena, diabetes tidak bisa disembuhkan," kata dr Lukman.
Kendati demikian, tambahnya, apapun kelompok umurnya, kegiatan utama pencegahan adalah olahraga, menjaga pola makan, dan rutin mengecek gula darah.
"Pertemuan bulanan dengan anggota ini untuk silaturahmi. Intensitas olahraganya tentu bisa diatur lebih sering agar manfaatnya tercapai maksimal," katanya.
Untuk urusan mengatur pola makan, dalam setiap kegiatan Persadia hadir ahli gizi, sehingga para anggota dapat berkonsultasi mengenai pilihan menu, cara memasak, apa yang boleh dimakan dan tidak, sampai seberapa banyak sesuatu boleh dimakan.
"Utamanya tentang berapa jumlah karbohidrat yang bisa dikonsumsi," tambah dr Lukman. (*)