Yogyakarta (ANTARA News) - Kepolisian RI mengimbau masyarakat
mempelajari agama secara utuh dan tidak sepotong-potong agar tidak mudah
dipengaruhi oleh orang-orang penyebar paham radikalisme.
"Orang yang direkrut (masuk organisasi radikal) itu tidak ada yang
bodoh, mereka hanya dibodohi," kata Kepala Bagian Penerangan Umum
(Kabagpenum) Mabes Polri Kombes Suharsono di Yogyakarta, Rabu.
Dalam acara bertajuk "Anti-Radikalisasi Menuju Indonesia Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian" itu, ia menjelaskan penyebar paham
radikalisme biasanya mendekati calon korbannya dengan pendekatan agama.
"Dengan cara itu, calon korban merasa penafsiran ayat-ayat kitab
suci ala penyebar paham radikalisme adalah benar itu akhirnya mau
bergabung dalam organisasi radikal itu," katanya.
Hal ini juga diamini oleh mantan aktivis organisasi terlarang, Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan.
Ken mengungkapkan pengalamannya dulu bahwa NII menyebarkan pahamnya lewat pendekatan agama dan negara.
"Para korban diajak ragu terhadap negara ini dengan dalih karena negara ini tidak menjalankan syariat Islam," katanya.
Mereka, kata Ken, menjelaskan makna beberapa ayat Al Quran secara terpisah lalu ditafsirkan sesuai dengan kehendak mereka.
Ken juga mendorong masyarakat untuk berani menolak bila menghadapi orang-orang yang menyebarkan paham radikal.
"Mereka nggak akan berhenti merekrut sampai korbannya mengatakan tidak," katanya. (*)
Ini Cara Penyebaran Radikalisme Menurut Polri dan Mantan Aktivis NII
Rabu, 24 Februari 2016 10:08 WIB