Jakarta (ANTARA) - Tinggal 8 bulan lagi, Indonesia merayakan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, sebagai momen yang menandai perpindahan resmi ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara.
Kendati demikian, pembangunan IKN bukan hanya memindahkan ibu kota negara dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan. Pembangunan IKN memiliki tujuan yang lebih besar dari itu, yakni untuk menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045.
Visi Indonesia Emas 2045 merupakan panduan untuk mewujudkan Negara Nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Indonesia telah menetapkan sasaran untuk masuk ke jajaran lima besar perekonomian terkuat di dunia dan memiliki pendapatan per kapita negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Lalu bagaimana peran IKN? Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara mengamanatkan kepada Pemerintah bahwa pemindahan Ibu Kota Negara dilakukan sebagai salah satu strategi untuk merealisasikan target ekonomi Indonesia 2045, yaitu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan merata melalui akselerasi pembangunan Kawasan Timur Indonesia.
IKN mempunyai fungsi sentral dan menjadi simbol suatu negara untuk menunjukkan jati diri bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemindahan dan pengembangan ibu kota yang baru perlu didasarkan pada perkembangan prinsip pembangunan kota yang matang serta kebutuhan dan visi jangka panjang suatu bangsa. Paradigma perencanaan dan prinsip pengembangan IKN disusun menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan di lokasi yang baru.
Sejauh ini progres pembangunan IKN sendiri terdiri dari dua tahap (batch). Untuk tahap pertama yakni kontrak-kontrak pekerjaan fisik yang penandatanganannya sebelum Maret 2023, progres pembangunannya telah mencapai 60 persen. Adapun tahap kedua di mana paket-paket pekerjaan fisik yang terkontrak dan mulai pembangunannya setelah Maret 2023, untuk progres pembangunannya mencapai 2-3 persen.
Tentu saja pembangunan IKN betul-betul harus direncanakan dan dilaksanakan secara baik karena IKN menjadi etalase atau showcase bukan hanya sebagai identitas nasional, melainkan juga merupakan wujud nyata kota yang liveable (layak huni) dan loveable (dicintai) dengan mengusung konsep smart forest city. Dengan demikian IKN memiliki dua peran penting untuk mengantarkan bangsa Indonesia menggapai visi Indonesia Emas di Tahun 2045.
Magnet ekonomi
Pembangunan IKN memiliki peran pertama yakni menjadi pusat sekaligus magnet pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru sehingga dapat menarik minat investasi global sekaligus memberikan dampak positif beruntun (multiplier effect) bagi perekonomian wilayah sekitarnya.
Hal ini terlihat dari peluang investasi yang ditawarkan dalam pembangunan IKN. Terdapat lebih dari 500 peluang investasi yang teridentifikasi, seperti proyek ruang terbuka hijau, kawasan campuran, hunian, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan masih banyak lagi.
Peluang ini tentunya tidak disia-siakan oleh para investor swasta. Pemerintah menerima 323 letter of intent (LOI) baik dari investor nasional maupun internasional yang mau terlibat dalam pembangunan IKN. Selain itu, para investor dalam negeri juga telah melakukan dua kali pemancangan tiang atau groundbreaking sebagai awal dimulainya pembangunan fasilitas-fasilitas di IKN dari pihak swasta.
Tingginya minat investor swasta--terutama investor swasta nasional--menunjukkan bahwa pembangunan IKN betul-betul mengandalkan investasi dari pihak swasta dengan nilai Rp45 triliun di pengujung tahun ini. Hal ini tentunya selaras dengan keputusan Pemerintah bahwa pembangunan IKN 80 persennya didanai oleh pihak swasta dan partisipasi masyarakat.
Faktor lainnya yang membuat investor swasta masuk ke IKN adalah implementasi energi baru terbarukan atau EBT. Peluang investasi EBT di IKN sendiri dapat mencapai sekitar 6 miliar dolar AS yang mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta pemasangan jaringan transmisi dan distribusi listrik yang smart.
Dari peluang investasi EBT yang besar ini membuktikan bahwa IKN bertekad untuk menjadi kota yang mampu menjadi kota yang berhasil mencapai net zero emission pada tahun 2045. Hal ini tentunya hanya dapat dicapai dengan memanfaatkan EBT sebagai sumber utama kelistrikannya.
Peluang investasi lainnya yang ditawarkan oleh pembangunan IKN adalah sektor pendidikan. Sebagai negara yang mengadopsi smart forest city, IKN tentunya harus memiliki berbagai fasilitas pendidikan yang terkait dengan aspek keberlanjutan.
Terdapat 71 peluang investasi untuk sektor pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas, dan hal ini ditangkap oleh investor swasta yang melakukan pembangunan sejumlah sekolah bertaraf internasional di IKN.
Tidak hanya aspek pendidikan dasar, kampus global sekelas Stanford pun berani masuk ke IKN untuk membangun kampus sekaligus pusat riset berkelanjutan yang nantinya menghasilkan inovasi-inovasi seperti teknologi robotik, pembangunan kota berkelanjutan, sampai dengan pengelolaan air serta hal-hal relevan lainnya yang terkait dengan IKN sebagai smart forest city.
Tumbuh bersama
Peran penting lainnya dari pembangunan IKN yakni dapat menjadi model kota teladan (role model) yakni menjalin kolaborasi dengan daerah-daerah sekitarnya untuk sama-sama tumbuh sebagai pusat ekonomi baru Indonesia.
Pembangunan IKN sebagai ibu kota negara dirancang dengan menerapkan strategi tiga kota. Strategi Tiga Kota sendiri merupakan strategi di mana IKN bukanlah kota yang berdiri sendiri, melainkan saling bergantung dan tumbuh bersama dengan dua kota lainnya yakni Samarinda dan Balikpapan, guna mewujudkan Strategi Tiga Kota yang kokoh di mana IKN, Balikpapan, dan Samarinda membentuk segitiga pembangunan ekonomi yang saling melengkapi.
IKN menjadi "saraf" dalam Strategi Tiga Kota sebagai pusat pemerintahan baru dan pusat inovasi hijau. Sedangkan Samarinda menjadi "jantung" dari struktur Tiga Kota yang bertransformasi menjadi sektor energi yang baru, rendah karbon, dan berkelanjutan.
Balikpapan menjadi "otot" pembangunan ekonomi Tiga Kota dengan memanfaatkan pusat logistik dan layanan pengirimannya yang telah mapan untuk sektor-sektor berorientasi impor dan ekspor serta memperkuat peran superhub ekonomi dalam arus perdagangan antar dan intra-regional.
Strategi Tiga Kota ini tentunya dapat mencegah urban sprawl atau pertumbuhan ekonomi kota yang tidak terkendali karena IKN, Samarinda, dan Balikpapan saling bekerja sama untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaannya sehingga tidak terjadi tumpang tindih serta menabrak batas-batas administratif.
Pembangunan IKN pada tahap awal ini nyatanya memang berhasil menjalankan perannya sebagai magnet pertumbuhan ekonomi dan kolaborasi dengan daerah-daerah sekitarnya. Dalam aspek sebagai magnet pertumbuhan ekonomi, pembangunan IKN berhasil membuat investor berlomba-lomba untuk menanamkan investasi di ibu kota baru Republik Indonesia tersebut.
Adapun dalam peran kolaborasi, pembangunan IKN disambut sangat baik oleh daerah-daerah sekitarnya, khususnya Balikpapan dan Samarinda, yang menjadikan momentum ini untuk tumbuh bersama dengan IKN.
Tentunya melalui kedua peran ini IKN di tahap awal pun sudah berhasil melakukan pemerataan ekonomi ke Kalimantan sebagaimana cita-cita menjadikan IKN sebagai langkah mewujudkan Indonesia sebagai negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang Indonesia sentris.
Kendati demikian, bangsa Indonesia harus selalu memberikan sikap akomodatif serta pelayanan terbaik kepada investor yang bakal berdatangan serta daerah-daerah Indonesia lainnya yang ingin meniru IKN sebagai role model terbaik pada tahap pembangunan kedua, ketiga, dan seterusnya, demi mencapai titik penting terwujudnya Indonesia Emas 2045.