Balikpapan (ANTARA) - Sekretariat Daerah Balikpapan Muhaimin mengatakan kunjungan kerja (Kunker) Anggota Komisi V DPR RI ke Kota Balikpapan khususnya melihat langsung kondisi Simpang Muara Rapak menjadi angin segar dan solusi.
“Adanya kunker Komisi V DPR RI bisa menjadi angin segar dan solusi untuk bisa menuntaskan usulan Jangka Panjang dalam merealisasikan pembangunan flayover di Simpang Muara Rapak,” katanya di Balikpapan, Jumat.
Ia berharap kunker Komisi V DPR-RI ada keputusan apakah nanti akan dibangun underpass atau flyover.
“Yang jelas kita menginginkan ada langkah konkret, agar kemudian tidak terjadi lagi kecelakaan di simpang rapak ini,” katanya.
Setelah dilakukan peninjauan dan pertemuan dengan Komisi V DPR RI ternyata mereka mendukung penanganan untuk tindak lanjut jalan Simpang Muara Rapak, disepakati akan dibangun flyover setelah dilakukan pembebasan lahan.
“Anggaran sudah ada dari APBN, tugas kami di Pemkot bagaimana membebaskan lahan untuk pembangunan supaya flyoper bisa di bangun,” katanya.
Menurut Muhaimin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menghitung kebutuhan anggaran untuk pembangunan flyover atau jalan layang Muara Rapak Balikpapan.
Sementara itu Direktur Pembangunan Jalan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Wida Nurfaida mengatakan, total anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp500 miliar untuk pembangunan konstruksi jalan maupun pembebasan lahan.
“Pembebasan lahannya kurang lebih 1,5 hektar itu perkiraan biaya sekitar Rp300 miliar,” ucapnya.
Ia menjelaskan jika dari sisi kontruksinya, sebenarnya hasil review kurang lebih Rp200 miliar, artinya tidak terlalu besar untuk kontruksi di banding biaya tanah.
Lahan tersebut, sebagian milik masyarakat, asset Pemerintah Kota Balikpapan dan Pertamina. Untuk lahan milik masyarakat tanggungjawab Pemerintah Kota Balikpapan maupun Pemerintah Provinsi Kaltim untuk pembebasannya.
“Dari sisi lahan seperti tadi dijanjikan tidak terlalu sulit, cuma ada lahan lagi, lahan Pertamina yang harus di koordinasikan lagi antar stakeholder,”katanya.
Seperti diketahui, turunan simpang rapak menjadi problematika, karena kerap terjadi kecelakaan mayoritas disebabkan rem truk tronton tidak berfungsi pada daerah turunan menabrak sejumlah kendaraan roda dua di depannya.
Akibat kecelakaan itu menimbulkan korban jiwa 4 orang meninggal dunia, 1 kritis hingga 29 luka-luka. (Adv)