Balikpapan (ANTARA) - Komando Daerah Militer (Kodam) VI/Mulawarman (Mlw) menyiapkan komposit Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) untuk menghadapi potensi bencana alam yang terjadi.
"Batalion Komposit PRCPB Kodam VI Mulawarman merupakan satuan gabungan yang dirancang khusus untuk tanggap darurat khususnya kebencanaan," jelas Pangdam VI/Mlw, Mayor Jendral TNI Rudy Rachmat Nugraha usai apel gelar Pasukan Batalyon Komposit PRCPB Tahun Anggaran 2025, Senin (14/4).
Rudy mengemukakan, setiap Kodam di lingkungan Angkatan Darat (AD) memiliki batalyon khusus untuk bereaksi secara cepat dan tepat dalam menghadapi bencana.
Dalam hal ini adalah sesuai perintah kerja Kepala Staf AD melalui surat telegram nomor 90 tanggal 11 Februari 2025 yang menegaskan pentingnya pembentukan batalyon komposit PRCPB di setiap kodam untuk merespon bencana dengan cepat dan efektif
Selain itu, juga sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, operasi bantuan penanggulangan bencana merupakan salah satu tugas pokok TNI dalam rangka Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Rudy menjelaskan, di Kodam VI/Mlw, satuan ini dipimpin oleh Batalyon 17 Ananta Dharma dan diperkuat oleh Yonif 600 Modang yang memiliki kemampuan tempur dan mobilitas tinggi.
Kemudian juga diisi oleh satuan dari Yonkav 13 Satya Lembuswana dengan keahlian dalam operasi khusus, Kompi Kavaleri 3 Macan Tutul Cakti yang mendukung mobilitas dan logistik, serta Unit Pendukung termasuk unit kesehatan, perbekalan, komunikasi, dan hukum.
"Untuk keseluruhan, total personel ada sekitar 600 orang, batalyon ini terdiri dari tiga kompi lapangan, satu kompi senapan, dan satu kompi pendukung," terangnya.
Rudy menuturkan, PRCPB siap siaga selama enam bulan ke depan, dengan kemampuan operasional 24 jam untuk memastikan respons cepat saat bencana melanda.
Lanjutnya, di wilayah kerjanya terdapat sejumlah ancaman bencana yang harus siap dihadapi seperti banjir hingga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Itu yang menjadi fokus utama kami, tapi tanpa mengesampingkan bila ada bencana lainnya," ucapnya.
Rudy menilai, Kalimantan dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap karhutla, terutama pada musim kemarau.
Untuk mengatasi hal ini, Kodam VI Mulawarman telah menyiapkan strategi komprehensif, meliputi penyiapan peralatan khusus di mana Satgas PRCPB dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, pompa air, dan teknologi pendukung untuk menangani karhutla, termasuk kebakaran gambut yang sulit dipadamkan.
Kemudian sistem deteksi dini melalui Babinsa, Bhabinkamtibmas, BPBD, dan relawan masyarakat, Kodam VI Mulawarman menerapkan sistem pemantauan digital 24 jam untuk mendeteksi titik api sejak dini.
Menurutnya, dalam sistem deteksi dini tersebut, ia menggambarkan pentingnya kerja sama lintas sektor dengan pemerintah daerah, kepolisian, BPBD, Basarnas, dan masyarakat untuk menciptakan sistem penanggulangan bencana yang terpadu dan berkesinambungan.
Rudy menambahkan, koordinasi Lintas Sektor juga diterapkan di mana Satgas PRCPB bekerja sama dengan pemerintah provinsi, Basarnas, kepolisian, dan BPBD untuk menentukan skala bencana dan merumuskan langkah penanganan," ungkapnya.
"Selain itu, pelatihan bersama juga direncanakan untuk meningkatkan sinergi operasional," tuturnya.
Berikutnya adalah melibatkan relawan lokal dan masyarakat peduli api menjadi bagian integral dalam respons awal, memastikan informasi dari lapangan dapat segera ditindaklanjuti.
“Apabila ada titik api sekecil apa pun, sistem kami akan mendeteksi, dan satuan akan merespons sesuai eskalasi bencana,” jelas Rudy.
Untuk memperkuat sinergi serta meningkatkan kesiapan satgas, untuk itu Pangdam VI/Mlw mengelar apel gelar pasukan batalion komposit PRCPB.
“Kita harus memastikan bahwa setiap unit dapat menanggapi bencana dengan cepat, tepat, dan efisien untuk meminimalisir korban jiwa dan kerugian harta benda,” ujarnya.