Berau, Kaltim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menerapkan ekonomi biru dalam memproduksi udang tambak, yakni dengan memperkecil areal budi daya tambak hingga 20 persen dan memanfaatkan 80 persen lebihnya untuk ekosistem mangrove dengan sistem Secure.
"Sistem Secure (Shrimp Carbon Aquaculture) merupakan inisiatif untuk merestorasi ekosistem mangrove dan meningkatkan produksi tambak tradisional dengan pola 20:80 persen," kata Asisten III Sekretariat Daerah Kabupaten Berau, Maulidiyah di Tanjung Redeb, Berau, Senin.
Untuk capaian pada 2025 terdapat lima desa di Berau dengan total 228 hektare tambak yang dikelola dengan pendekatan Secure, atau sebanyak 22 tambak. Selain itu, ada pula 87 hektare kawasan restorasi mangrove.
Kabupaten Berau memiliki luas wilayah sekitar 36,9 ribu kilometer persegi. Dari jumlah ini, terdapat sekitar 15 ribu kilometer persegi merupakan kawasan perairan, sehingga hal ini merupakan potensi besar yang harus dijaga keberlanjutannya, salah satunya adalah dengan melestarikan ekosistem mangrove.
Ia juga mengatakan bahwa subsektor perikanan di Berau meliputi perikanan tangkap, budi daya (termasuk tambak di kawasan pesisir), hingga industri pengolahan yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, lapangan kerja, dan ketahanan pangan.
"Namun potensi tersebut hanya akan berkelanjutan apabila dikelola dengan bijak melalui tata kelola perikanan yang bertanggung jawab, infrastruktur memadai, dan dukungan teknologi," katanya.
Untuk itu, pada Kamis, pekan lalu, bersamaan dengan Peringatan ke-24 Hari Nusantara, Pemkab Berau bersama YKAN dan pihak terkait meluncurkan inovasi Udang Windu Secure, teknologi yang mampu mengembalikan 50–80 persen lahan tambak menjadi mangrove alami.
Inovasi Udang Windu Secure atau budi daya udang tambak dengan sistem Secure merupakan pendekatan untuk meningkatkan ketahanan pesisir dengan mengembalikan 50-80 persen lahan tambak menjadi mangrove, sedangkan sisa area dapat digunakan untuk budi daya ramah lingkungan sekaligus meningkatkan produksi.
Hal ini dilakukan karena ekosistem mangrove yang sehat dapat mendukung produktivitas perikanan, memberikan sumber pendapatan, perlindungan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial, juga pelestarian lingkungan.
Jika kawasan pesisir dikelola secara terpadu, akan tercipta keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat pembudidaya dan konservasi ekosistem mangrove.
"Tujuan penerapan Secure antara lain memulihkan ekosistem mangrove, mengurangi emisi karbon, meningkatkan produksi udang, meningkatkan kualitas udang melalui sertifikasi, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menurunkan risiko bencana," katanya.
