Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, terus melakukan intervensi terhadap anak usia di bawah lima tahun yang mengalami kekerdilan atau stunting (tumbuh pendek), karena jumlahnya cukup tinggi mencapai 30,4 persen.
"Angka stunting yang mencapai 30,4 persen dari total jumlah balita di Mahulu ini memang cukup tinggi, makanya melalui petugas gizi terus dilakukan intervensi mulai asupan gizi hingga hal lainnya,"ujar Kepala Dinkes Kabupaten Mahulu Agustinus Teguh Santoso di Ujoh Bilang, Senin.
Di Mahulu terdapat 50 desa/kampung yang tersebar di lima kecamatan. Setiap kecamatan terdapat pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), sehingga melalui Puskesmas dan Petugas Gizi terus melakukan intervensi ke kampung-kampung.
Sebagai contoh intervensi yang mulai tahun lalu dilakukan adalah di Kampung Ujoh Bilang. Saat itu di Ujoh Bilang diketahui terdapat 28 balita stunting, namun setelah dikunjungi lagi secara cermat, ternyata bukan 28 balita, namun hanya ada 21 balita yang stunting.
Namun, lanjutnya, ke-21 balita stunting tersebut kini sudah diintervensi dan ditangani semua, termasuk balita lain yang tersebar di kampung-kampung lain, sehingga mereka yang stunting ini diharapkan bisa normal pertumbuhan fisik dan otaknya.
Intervensi yang dilakukan pihaknya selain memberikan asupan gizi dan vitamin juga memberikan pemahaman kepada orang tua si bayi mengenai pemberian ASI, kemudian mengubah pola pemberian makan bagi anak yang lebih mengutamakan gizi dengan sering mengonsumsi sayur dan buah.
"Anak yang mengalami stunting bukan hanya terlihat secara fisik yang kerdil, tapi juga akan berpengaruh pada kecerdasan yang kurang, makanya orang tua diberi pemahaman untuk memberikan asupan gizi yang cukup agar anak tersebut bisa normal dan cerdas seperti teman sebayanya,"ucap Teguh.
Untuk memperoleh asupan gizi yang cukup baik dari sayur maupun buah, katanya, tidak harus membeli ke pasar atau toko karena rata-rata rumah di Mahulu memiliki pekarangan yang bisa ditanami aneka jenis sayur-mayur.
Sedangkan untuk buah-buahan juga ada yang masa panennya tidak terlalu lama seperti pisang dan papaya, sehinga di sebelah rumah maupun di belakang rumah bisa ditanam jenis buah tersebut, sedangkan untuk buah yang masa panennya lebih lama seperti mangga dan lainnya juga bisa ditanam di pekarangan yang masih kosong.
"Kita harus belajar tidak konsumtif yang selalu membeli makanan atau bahan makanan dari luar daerah karena pekarangan kita masih bisa dimanfaatkan. Penyadaran inilah yang terus diberikan kepada masyarakat agar dari pekarangan rumah saja minimal mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi untuk keluarga,"ucap Teguh. (*)
Dinas Kesehatan Mahakam Ulu intervensi balita kerdil
Senin, 23 Juli 2018 21:52 WIB