Samarinda (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) memperkuat layanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam implementasi transformasi kesehatan yang lebih maju di daerah tersebut.
"Untuk menggodok calon tenaga kesehatan, kami memperkenalkan Program Integrasi Layanan Primer (ILP) yang dilaksanakan di tingkat desa dan puskesmas," ujar Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin saat memberikan kuliah tamu pada Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Mulawarman (Unmul) di Samarinda, Selasa.
Jaya menjelaskan Program ILP menekankan pentingnya peran berbagai tingkatan pemerintahan, mulai dari pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota dan desa, dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer.
Ia mengatakan puskesmas digenjot untuk aktif menggerakkan masyarakat dan berkolaborasi dengan pemerintah desa dalam menjalankan program ini.
"FKTP, pemerintah desa melalui puskesmas pembantu, semua harus terintegrasi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan transformasi di bidang kesehatan," ucapnya.
Lebih lanjut Jaya menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari 36 indikator kesehatan yang tertuang dalam Rencana Induk Bidang Kesehatan (RIBK).
RIBK sendiri telah terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), menggantikan kewajiban anggaran kesehatan minimum (mandatory spending) yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.
"Dengan dihapusnya mandatory spending, kini program kesehatan mengikuti pendanaan yang tersedia," jelas Jaya.
Melalui RIBK, lanjutnya, semua kegiatan kesehatan harus disertai dengan pendanaan yang memadai. Hal ini memungkinkan anggaran kesehatan di daerah bisa lebih dari 10 persen dari APBD, karena disesuaikan dengan program prioritas pemerintah daerah masing-masing.
Jaya juga berpesan kepada para mahasiswa kesehatan masyarakat agar mempelajari indikator-indikator kesehatan di tingkat primer secara mendalam.
"Lakukan pendalaman di lapangan, sehingga ini menjadi bahan pembelajaran yang baik. Nantinya ilmu ini dapat diaplikasikan ketika kembali ke masyarakat dan menjadi pegangan dalam merencanakan pembangunan kesehatan," ucap Jaya Mualimin.