Samarinda (ANTARA) - Pengurus Cabang Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kalimantan Timur menggelar rapat kerja provinsi demi mengembangkan talenta pecatur lokal hingga tingkat kecamatan di seluruh Kaltim.
Ketua Pengcab Percasi Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi di Samarinda, Minggu, menyatakan rapat kerja ini bertujuan menyamakan persepsi dan konsolidasi program agar Percasi Kaltim agar lebih maju.
"Percasi Kaltim bukan hanya ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, namun saya harap terbentuk di setiap kecamatan, desa, maupun kelurahan," ujar Reza.
Reza optimistis pembentukan Percasi di tingkat kecamatan dapat terwujud. "Catur itu mandiri, tinggal bagaimana komitmen pengurusnya memajukan catur," tegas Reza.
Anggota DPRD Kaltim itu juga mendorong pembentukan basis data atlet, pelatih, dan wasit. Menurutnya, database penting untuk pemetaan dan pembinaan atlet.
"Saat ini, atlet catur Kaltim yang terkenal hanya bisa dihitung jari. Kita harus melahirkan atlet-atlet baru," tegasnya.
Terkait pembinaan atlet lokal, Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kalimantan Timur Rasman Rading menggodok kerja sama Kaltim dengan Korea Selatan.
Rasman menjelaskan, kerja sama tersebut meliputi bidang IT, pemuda, seni, dan olahraga. Ia mencontohkan kesuksesan Jawa Barat dan Jawa Timur dalam meningkatkan prestasi olahraga melalui kerja sama serupa.
"Hasilnya tidak main-main. Jabar berhasil juara umum PON berturut-turut," ungkap Rasman.
Lebih lanjut, Rasman menekankan pentingnya pembentukan laboratorium olahraga di Kaltim.
"Dengan laboratorium olahraga, kita bisa memetakan potensi atlet, mengetahui cabang olahraga yang cocok, dan melakukan pengembangan talenta," paparnya.
Rasman juga berharap KONI Kaltim fokus pada nomor tanding perorangan untuk memaksimalkan perolehan medali di PON.
"Kita fokus pada nomor-nomor tanding perorangan karena lebih efisien dan hasilnya jelas," ujarnya.
Ketua KONI Kaltim, Rudiansyah Aras, menyoroti krisis atlet yang dihadapi Kaltim.
"Sumber daya manusia atlet sekarang tinggal sekitar 20 persen," ungkap Rudiansyah.
Ia menjelaskan, krisis ini terjadi karena regenerasi atlet yang tidak berjalan optimal.
"Contohnya di futsal, atlet yang meraih medali emas di PON sudah tidak bisa main lagi di PON berikutnya karena faktor usia," jelasnya.
Rudiansyah menambahkan, KONI Kaltim telah melaksanakan delapan rekomendasi dari hasil evaluasi PON sebelumnya, di antaranya mendidik pelatih fisik dan mencetak 1.000 pelatih fisik.
"Kita kalah fisik, bukan kalah taktik," tegasnya.
Rudiansyah juga menyinggung pentingnya kompetensi pelatih. Ia mencontohkan cabang olahraga biliar yang mengajukan pelatih tanpa kompetensi di PON.
"Pelatih harus punya kompetensi nasional," tegasnya.
Rudiansyah optimistis, dengan kerja sama semua pihak, Kaltim bisa kembali berjaya di PON mendatang.