Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menggandeng Utusan Khusus Kepresidenan Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad dalam menyuarakan Kurikulum Berbasis Cinta yang menjadi agenda Menteri Agama, Nasaruddin Umar.
"Kurikulum berbasis cinta yang kita dorong melalui acara ini bukan hanya sekadar konsep, tetapi harus menjadi bagian dari pembelajaran sehari-hari," ujar Dirjen Pendis Kemenag Suyitno di Jakarta, Rabu.
Raffi Ahmad hadir sebagai pembicara dalam Kick Off Ngobrolin Pendidikan Islam (NGOPI) membahas Kurikulum Cinta untuk mencetak generasi emas di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, di hadapan ratusan siswa madrasah.
Acara tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i, Najeela Shihab (Praktisi Pendidikan Indonesia), serta Nagita Slavina sebagai pembawa acara.
Suyitno menyampaikan acara tersebut menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara madrasah, tokoh pendidikan, dan generasi muda.
Baca juga: Unmul godok kurikulum sistem informasi berbasis kebutuhan industri
"Dengan hadirnya tokoh publik yang dekat dengan anak muda, kami ingin memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa madrasah agar lebih percaya diri dan siap bersaing di tingkat nasional maupun global," kata dia.
Dirjen menambahkan bahwa pendidikan Islam penting untuk terus adaptif terhadap perkembangan zaman.
"Madrasah harus menjadi pusat pendidikan unggulan yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga membangun karakter berbasis cinta, empati, dan spiritualitas," ujar dia.
Menurut Suyitno, Kick Off NGOPI ini menjadi langkah awal dalam mendorong inovasi pendidikan Islam yang lebih inklusif dan penuh kasih sayang di madrasah.
Bukan hanya madrasah, NGOPI ini juga akan digelar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Pondok Pesantren, dan Lembaga Pendidikan Islam pada umumnya.
Baca juga: Disdikbud Kaltim rumuskan peta jalan pendidikan SMK dalam IKM
Sementara itu, Raffi Ahmad menceritakan mengenai pengalaman sewaktu kecil yang banyak berteman dengan siswa madrasah. Ketika beranjak dewasa, teman-temannya tersebut telah menjadi orang sukses.
Menurutnya, madrasah maupun pesantren bukanlah pendidikan kelas kedua, tapi menjadi pilihan terbaik dalam menciptakan siswa berakhlak mulia.
"Madrasah telah melahirkan banyak lulusan yang sukses. Mereka tidak hanya dibekali ilmu akademik, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang berlandaskan cinta kepada Tuhan, sesama, lingkungan, dan ilmu pengetahuan," kata Raffi.
Menurut Raffi, unggul dalam akademik yang ditopang dengan kebaikan akhlak dan cinta terhadap alam semesta menjadi modal untuk menciptakan generasi unggul.
"Ini adalah fondasi penting untuk menciptakan generasi unggul," ujar Raffi Ahmad.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum jadi aspek vokasi responsif terhadap industri
Sementara itu, Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i menekankan bahwa kurikulum berbasis cinta bukan hanya konsep, tetapi juga pendekatan strategis untuk membangun karakter siswa madrasah agar lebih peduli, toleran, dan memiliki empati sosial.
"Ketika kita berbicara tentang cinta, kita berbicara tentang kemanusiaan, toleransi, dan tanggung jawab bersama. Kurikulum berbasis cinta akan mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki akhlak yang luhur," kata dia.