Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyambut baik peluncuran Gerakan Orang Tua Asuh Anak Stunting (Genting) sebagai upaya mempercepat penurunan prevalensi stunting di daerah tersebut dengan membangun kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat.
Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam, Perekonomian Daerah, dan Kesejahteraan Rakyat Gubernur Kaltim Arief Murdiyatno pada peluncuran serentak Genting di Samarinda, Kamis, mengatakan stunting salah satu tantangan besar mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.
"Berdasarkan data terkini, prevalensi stunting masih menjadi perhatian utama, termasuk di Kalimantan Timur," ujarnya.
Ia menjelaskan Genting yang diprakarsai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bentuk kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam memberikan intervensi kepada kelompok sasaran yang berisiko stunting.
Intervensi tersebut meliputi intervensi spesifik, seperti pemberian gizi yang cukup dan peningkatan layanan kesehatan serta intervensi sensitif, seperti penyediaan akses sanitasi, edukasi bagi keluarga, dan perbaikan pola hidup sehat.
Pemerintah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4 persen pada 2021 menjadi 14 persen pada 2024.
Ia menyebut Kaltim ditargetkan menurunkan angka stunting di bawah angka nasional, yaitu 12,83 persen pada 2024 dari sebelumnya 22,9 persen.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sebelumnya, dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, Kabupaten Kutai Kartanegara berhasil menurunkan prevalensi stunting 9,5 poin dari 27,1 persen menjadi 17,6 persen.
Namun, pihaknya juga menyoroti adanya kenaikan prevalensi stunting yang cukup signifikan di Kota Bontang 27,4 persen dan Kabupaten Kutai Timur 29,0 persen.
Dia mengatakan stunting permasalahan multidimensi yang memerlukan keterlibatan berbagai sektor dan pemangku kepentingan untuk mengatasi.
Tantangan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, dunia usaha, akademisi, serta lembaga swadaya masyarakat.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim Sunarto mengatakan Genting merupakan gerakan bantuan bagi keluarga berisiko stunting melalui kepedulian para pihak sebagai orang tua asuh.
"Melalui kegiatan ini, diharapkan agar balita berisiko stunting mendapatkan bantuan untuk peningkatan gizi dan kesehatan," ujarnya.
Ia menambahkan gerakan ini diprioritaskan kepada keluarga berisiko stunting yang miskin.
Peluncuran Genting secara nasional dipusatkan di Dusun Cipule, Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti 34 provinsi dan seluruh OPD KB kabupaten/kota se-Indonesia melalui telekonferensi.
Secara hybrid, kegiatan di Provinsi Kalimantan Timur dipusatkan di Jalan Perjuangan 2, Kelurahan Sempaja Selatan, Kota Samarinda.
Peserta yang hadir terdiri atas jajaran Pemprov Kaltim, perwakilan Wali Kota Samarinda, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, DKP3A Provinsi Kalimantan Timur, Dinas PPKB Kota Samarinda, Pimpinan Baznas dan perusahaan calon orang tua asuh Genting, Tim Penggerak PKK, IBI dan TPK dan sasaran keluarga berisiko stunting, camat, lurah dan jajarannya, PKB/PLKB Kota Samarinda, dan perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur.
Rangkaian kegiatan tersebut, antara lain kunjungan pelayanan KB serentak, rebranding logo Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, akad peduli stunting, dan simulasi pencatatan dan pelaporan melalui dashboard Genting.