Penajam Paser Utara (ANTARA) - Mentari masih malu-malu menampakkan wajahnya menyapa Bumi. Di Sepaku, sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sejumlah pekerja konstruksi tampak bersiap menunggu mobil jemputan yang akan membawa mereka menuju lokasi pembangunan ibu kota baru Indonesia.
Deru mesin kendaraan besar terdengar bersahutan, berseliweran di jalan poros Kecamatan Sepaku, mengangkut material untuk kebutuhan pembangunan ibu kota baru yang dinamai Nusantara itu.
Kesibukan semacam ini mulai nampak di Kecamatan Sepaku pada 2019, sejak ditetapkannya lokasi tersebut sebagai kawasan inti pusat pemerintahan Kota Nusantara. Hari-hari sebelumnya, aktivitas warga di wilayah tersebut hanya bertani dan berdagang.
Presiden Joko Widodo sejak akhir 2023 hingga Agustus 2024 telah melakukan tujuh kali peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai dimulainya pembangunan infrastruktur dan gedung di Kota Nusantara. Hingga saat ini pembangunan Kota Nusantara masih terus berjalan. Pembangunan infrastruktur utama sudah rampung, termasuk Istana Presiden, perkantoran, rumah susun untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), jembatan, dan sejumlah fasilitas lain.
Beriringan dengan pembangunan ibu kota baru Indonesia, sejumlah perusahaan menempatkan sejumlah karyawan di Kecamatan Sepaku untuk menuntaskan kontrak kerja yang telah ditandatangani. Begitupun, para pekerja bangunan yang sebagian didatangkan dari luar Kabupaten Penajam Paser Utara, bahkan dari luar provinsi, harus tinggal di Kecamatan Sepaku sesuai durasi kontrak kerja untuk merampungkan pekerjaan.
Banyaknya karyawan dan pekerja yang berdatangan dari luar daerah itu, tentunya meningkatkan permintaan sandang, pangan dan papan di Kecamatan Sepaku. Ini berkah buat warga setempat.
Kos-kosan dan rumah kontrakan
Tidak pernah terlintas sebelumnya di benak masyarakat setempat, bahwa wilayah mereka bakal seramai ini, dipadati karyawan dan pekerja bangunan dalam mega proyek tersebut.
Seiring dengan pembangunan Kota Nusantara, permintaan kos-kosan dan rumah kontrakan di Kecamatan Sepaku pun ikut melejit. Peluang ini segera disambut warga setempat dengan menyediakan rumah kontrakan dan kamar kos.
Rumah kontrakan dan kamar kos 'laris manis' terutama di daerah yang berdekatan dengan sejumlah lokasi proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia, rata-rata sudah penuh terisi didominasi pekerja pembangunan Kota Nusantara dari luar daerah.
Hukum ekonomi pun berlaku, tingginya permintaan akan mendongkrak harga. Tarif sewa rumah kontrakan di wilayah Kecamatan Sepaku melejit signifikan, yang sebelum ada proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia hanya kisaran Rp5 juta sampai Rp15 juta per tahun, kini bisa mencapai kisaran Rp50 juta hingga Rp125 juta per tahun. Itu pun rumah material kayu yang mayoritas bergaya panggung, bahkan rumah yang sudah menggunakan material beton tarif sewa ditawarkan lebih dari Rp125 juta per tahun.
Seirama dengan rumah kontrakan, tarif sewa kamar kos di wilayah Kecamatan Sepaku juga ikut melompat tinggi, kini tarif sewa kamar kos berada kisaran Rp3,5 juta hingga Rp6 juta per bulan.
Tarif sewa kamar kos di wilayah Kecamatan Sepaku, sebelumnya hanya kisaran Rp500 ribu sampai Rp1 juta.
Menurut sejumlah warga setempat yang ditemui, senada menyebut semenjak proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia bergerak, dan pekerja dari luar daerah berdatangan kamar kos dan rumah kontrakan tidak pernah ada yang kosong.
Kendati tarif sewa sudah melambung tinggi, bisnis sewa rumah ini masih ramai. Setiap hari ada saja pekerja atau karyawan perusahaan kontraktor yang mencari kos-kosan dan rumah kontrakan, baik secara perorangan ataupun berkelompok.
Bukan hanya rumah sewa, bisnis penginapan pun juga tidak kalah ramai. Dengan lajunya proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia, tamu dari luar daerah ataupun pejabat negara kerap berdatangan tamu ke Kecamatan Sepaku berkenaan dengan urusan Kota Nusantara, sehingga butuh penginapan untuk menetap beberapa hari.
Buntutnya tentu saja, bisnis makanan, termasuk rumah makan dan katering, ikut terkerek naik.
Depo air bersih
Bukan hanya bisnis makanan, permintaan air bersih juga melonjak. Penyediaan air bersih menjadi salah satu peluang juga bagi masyarakat setempat untuk dapat rejeki, karena permintaan air bersih di wilayah Kecamatan Sepaku terus bertambah dan ketersediaan belum dapat memenuhi kebutuhan.
Pemerintah sudah membangun Bendungan Sepaku-Semoi dan pengambil air (Intake) Sungai Sepaku, tapi masih diproyeksikan hanya untuk memenuhi kebutuhan di kawasan inti pusat pemerintahan Kota Nusantara.
Sedangkan banyak juga kantor kontraktor, unit logistik dan penyedia sarana prasarana proyek dan pekerja konstruksi yang terlibat pembangunan proyek itu tinggal di luar kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP).
Ditambah bermunculan pula rumah makan, katering, rumah kontrakan, kos-kosan dan penginapan baru yang juga butuh air bersih.
Kini terlihat depo penyedia air bersih juga terlihat di Kecamatan Sepaku untuk memenuhi permintaan air bersih tersebut.
Depo-depo air bersih tersebut rata-rata berada di tepi jalan poros Kecamatan Sepaku agar dapat dengan mudah mobil tangki atau pembawa tandon mengisi air bersih. Sumber air bakunya dari Sungai Sepaku.
Satu depo air bersih memiliki satu bak serta dua kolam penampungan sekaligus penjernihan air dengan menggunakan bahan kimia aluminium sulfat kemudian ditampung di kolam kedua dan setelah air jernih disedot untuk ditampung di bak dekat depo pinggir jalan.
Penjualan air bersih dilakukan berkeliling mengirim ke pembeli rumahan maupun ke perusahaan yang memesan, sebagian sudah menjadi pelanggan tetap masing-masing depo air bersih tersebut.
Atau ada yang mengambil langsung ke depo air bersih dengan membawa tandon dan mobil tangki, dengan rata-rata harga air kalau langsung ke depo Rp20.000 per kubik, dan apabila diantar ke tempat tarif menjadi Rp50.000 per kubik
Paling sedikit rata-rata air yang terjual sekitar 80 kubik per hari, yang diisikan ke tandon atau mobil tangki kapasitas 1.200 liter dan 5.000 liter, sehingga perhitungan pendapatan satu depo air bersih paling minum mencapai lebih kurang Rp1.500.000 per hari.
Tahap demi tahap pemenangan ibu kota baru Indonesia semakin padat, yang direncanakan puncak pembangunan sampai 2045 itu juga beriringan dengan terkuaknya peluang usaha bagi masyarakat Kecamatan Sepaku untuk menuai rupiah.
Bukan hanya debu dan kebisingan tetapi juga rejeki didapat masyarakat lokal yang mampu memanfaatkan peluang di tengah semakin padatnya percepatan pembangunan Kota Nusantara, ibu kota baru Indonesia.
Menuai rupiah dari sibuknya pembangunan ibu kota baru Indonesia
Oleh Nyaman Bagus Purwaniawan Sabtu, 7 September 2024 15:02 WIB