Wonosobo (ANTARA) -
Siang itu, Selasa (7/5), sebanyak 90 wartawan dari berbagai daerah di Indonesia turun dari minibus yang ditumpangi masing-masing. Mereka turun di Dusun Kawista, Desa Adiwarno, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Kedatangan mereka untuk melihat langsung keberhasilan Program Kampung Iklim (Proklim) Kawista Maer. Proklim di desa itu adalah salah satu yang mendapat penghargaan Terbaik Peringkat Pertama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Oktober 2023.
Turun dari minibus, hawa sejuk terasa bak pagi hari, meski cuaca cerah. Ini karena nyaris 100 persen warga Kawista ramah terhadap tumbuhan dan tanaman, yakni merawat tumbuhan yang hidup secara alami, kemudian tiap pekarangan dipelihara aneka jenis tanaman.
Di Kawista nyaris tidak ada ruang kosong, kecuali untuk jalan dan untuk penjemuran produk UKM serta hasil pertanian. Di halaman dan pekarangan sekecil apapun dijadikan penghijauan yang bermanfaat bagi manusia maupun alam.
Bagi pekarangan depan maupun belakang yang masih terdapat tanah, ditanami aneka tanaman sesuai kegemaran masing-masing, sedangkan bagi pekarangan, teras, dan samping rumah yang sudah disemen maupun paving, pemiliknya menanam menggunakan pot, polybag maupun planterbag.
Begitu pula di gang dan lorong yang sempit, warga setempat memanfaatkan bahu gang/lorong untuk penghijauan, sehingga hal ini menambah suasana asri.
Tanaman yang ditanam warga bervariasi, mulai dari tanaman obat-obatan, rempah-rempah, berbagai jenis sayur dan cabai, hingga aneka jenis buah-buahan.
Di sejumlah titik yang agak luas dan di kolong rumah ada yang dibuat kolam ikan, bahkan di drainase juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan. Di atas kolam ditaruh polybag untuk tanaman tomat, cabai dan aneka sayur.
Beberapa lokasi di dusun yang dihuni 96 kepala keluarga ini juga ada aquaponik, yakni ember atau drum plastik yang dijadikan tempat memelihara ikan lele, di bagian atasnya ditanami sayur mayur.
Ini dilakukan warga karena mereka sadar bahwa tujuan Proklim adalah untuk mewujudkan kampung yang lebih berkelanjutan, baik dari sisi lingkungan, sosial, maupun ekonomi, sehingga dari pola ini juga bisa mengurangi dampak perubahan iklim.
Menurut pengelola Proklim Kawista Maer, masyarakat makin semangat mengembangkan program kampung hijau setelah mendapat binaan, mulai pembinaan dari sisi pelestarian lingkungan, pengelolaan sampah, sanitasi, pemberdayaan UMKM lokal, hingga sekolah Adiwiyata.
Buah, sayur, tanaman obat-obatan, dan ikan yang dipelihara pun, boleh dinikmati siapapun karena semua itu dijaga dan dirawat bersama, sehingga maharnya hanya tidak boleh merusak, kemudian jika tanaman mati harus ditanam ulang, ikan yang habis pun harus diganti bibit.
Mengingat manfaat yang begitu besar bagi kehidupan masyarakat dan kelestarian alam, sudah ada beberapa desa yang minta didampingi untuk menerapkan kampung iklim, bahkan Proklim itu juga terus menyemangati dusun terdekat untuk kelestarian alam.
Inspirasi untuk Indonesia
Keberadaan proklim merupakan gerakan sebagai inspirasi maupun untuk menularkan kepada masyarakat luas agar lebih peduli dengan lingkungan, sekaligus sebagai strategi dalam upaya pengendalian perubahan iklim guna menghindari bencana dan kerugian yang lebih parah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo Endang Lisdianingsih mengatakan, pengelolaan alam tidak ramah lingkungan akan menimbulkan pemanasan global, sehingga berdampak pada naiknya suhu permukaan bumi, memicu kekeringan, dan memicu terjadinya kebakaran hutan.
Untuk mengurangi hal itu, diperlukan kesadaran semua pihak baik secara individu maupun kelompok, bahkan bisa dimulai dari hal kecil seperti menanam sayur, tomat, cabai, maupun tanaman hias di pekarangan rumah, sehingga selain untuk kegiatan ekonomi juga sebagai penghijauan.
Ia pun terus menyemangati pelaku Proklim Kawista Maer (Mandiri Asri, Elok dan Rapi) agar terus berbuat untuk pelestarian alam, karena dengan pelestarian lingkungan hidup sebagai prioritas juga berdampak pada peningkatan ekonomi, yakni selain bisa panen dari buah, sayur, dan ikan, juga bisa menarik minat wisatawan.
Proklim Kawista Maer merupakan bagian dari upaya mengurai sejumlah masalah baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan karena sifatnya adalah pola pemberdayaan dengan pola "doum", yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Sedangkan untuk menguatkan dari sisi kelembagaan dan keberdayaan masyarakat, ada pihak swasta yang kemudian melakukan pembinaan plus pendampingan dari beberapa sisi seperti mitigasi, adaptasi, hingga ekonomi.
Proklim Kawista Maer tergolong unik, karena umumnya program pelestarian lingkungan memiliki lahan khusus hingga beberapa hektare yang harus dirawat dan dilindungi bersama, tapi di Dusun Kawista tidak memiliki tempat khusus, hanya memanfaatkan pekarangan warga.
Menurut Direktur Pama Persada Nusantara Ari Sutrisno, pihaknya memilih Dusun Kawista untuk pembinaan Proklim secara nasional, tentu ada beberapa pertimbangan, di samping memang untuk menjaga keseimbangan lingkungan, faktor lain yang menjadi daya tarik baginya adalah tantangan.
"Mengapa saya bilang ini tantangan tersendiri, karena lokasi yang dijadikan percontohan bukan kawasan khusus untuk dijadikan hutan, namun merupakan pemukiman penduduk yang hanya memanfaatkan pekarangan. Namun kemudian kami berani menetapkan karena di kawista sudah ada pelopor, sudah ada pioneer," katanya.
Pelopor yang dimaksud Ari adalah Aan Ibnu Khumed yang kini menjadi Ketua Proklim Kawista Maer, karena begitu sudah ada pelopor yang melakukan kegiatan bermanfaat bagi masyarakat, maka warga lain akan menduplikasi untuk melakukan kebaikan sejenis.
Untuk pembinaan kampung iklim di Kawista ini ia menerapkan lima pilar, yakni pembangunan ekonomi berkelanjutan, pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan, dan sosial budaya.
Pihaknya tertarik dengan membina dan mendampingi komitmen masyarakat Kawista karena Pama memang ingin mengurangi dampak perubahan iklim, terbukti dengan di banyak daerah memiliki suhu panas, tapi di Wonosobo umumnya dan di Kawista khususnya terasa sejuk.
Kesejukan di Kawista bukan hanya karena berada di kawasan tinggi secara topografi, tapi juga didukung oleh keramahan warga terhadap kelestarian lingkungan, sehingga dengan tanaman dan tumbuhan yang dirawat, maka sumber air di Kawista terus mengalir sehingga sumber daya air di sini akan berkelanjutan.
Sedangkan pihaknya memboyong 90 wartawan dari berbagai daerah di Indonesia mengunjungi Proklim Kawista Maer, ia mengaku tujuannya bukan untuk pamer keberhasilan, tapi untuk menjadi sumber inspirasi bagi pihak lain agar berbuat baik bagi masyarakat dan lingkungan, karena berbuat baik bisa dilakukan di mana saja, tidak harus di wilayah binaan perusahaan.