Samarinda (Antara Kaltim) - Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan mencapai 198.441,17 kilometer persegi atau 1,5 kali luas Pulau Jawa berpeluang untuk mengembangkan sektor pertanian.
Di perut bumi yang luas itu tidak hanya tersimpan kekayaan berbagai bahan tambang, seperti batu bara serta minyak dan gas (Migas).
Namun di "Benua Etam" (sebutan untuk Provinsi Kaltim) itu juga telah dikembangkan jutaan hektare perkebunan kelapa sawit.
Wilayah daratan yang luas itu tampaknya tidak disia-siakan oleh Pemerintah Provinsi Kaltim. Lahan yang subur itu tidak hanya dimanfaatkan untuk mengembangkan kelapa sawit, tetapi juga pengembangan usaha di sub sektor peternakan khususnya sapi.
Kalau Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengembangkan program "NTB Sejuta Sapi" atau "NTB BSS", maka Kaltim tak mau ketinggalan dengan menargetkan produksi sapi hingga mencapai dua juta ekor pada 2018.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak telah mencanangkan program populasi dua juta ekor sapi yang dipelihara peternak di kabupaten dan kota di provinsi itu, sehingga ke depan masyarakat setempat tidak perlu mendatangkan sapi dari luar daerah.
Untuk merealisasikan target itu berbagai ikhtiar yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi Kaltim, antara lain dengan dengan memprogramkan satu keluarga petani minimal memiliki dan memelihara dua ekor sapi.
"Untuk memenuhi target itu caranya gampang, di antaranya dengan menjadikan satu keluarga petani ternak paling tidak memiliki dua sapi," ujar Awang Faroek Ishak pada pembukaan Bulan Bakti Peternakan di Samarinda belum lama ini.
Untuk itu, katanya, setiap petani peternak wajib menyediakan lahan dan kandang guna pemeliharaan sapi, di samping juga harus memiliki ketersediaan pakan sehingga ada jaminan bagi kelangsungan perkembangbiakan sapi.
Awang Faroek Ishak menyatakan dua juta ekor sapi itu merupakan program yang harus dipenuhi dalam masa kepemimpinannya sebagai Gubernur Kaltim dalam masa lima tahun ke depan, yakni semenjak dilantik kembali menjadi gubernur periode 2013-2018 pada 17 Desember 2013.
Gubernur Kaltim yang kini berpasangan dengan Wakil Gubernur HM Mukmin Faisyal HP mengungkap masa lalu ketika ia dilantik menjadi gubernur lima tahun lalu.
Saat itu ia mencanangkan "Benua Etam" harus memiliki perkebunan kelapa sawit seluas satu juta haktare. Namun sebelum berakhir masa kepemimpinannya pada 2013 ternyata target itu telah terpenuhi.
"Lima tahun lalu ketika saya dilantik menjadi gubernur, saya kemudian mencanangkan Kaltim harus memiliki perkebunan kelapa sawit satu juta hektare, nyatanya hal itu terbukti sebelum habis masa kepemimpinan saya 2013 karena di pertengahan 2013 saja target 1 juta hektare perkebunan sawit sudah terpenuhi," ujarnya.
Karena itu, Awang Faroek Ishak bertekad target dua juta ekor sapi di Kalimanta Timur harus terpenuhi dalam lima tahun masa kepemimpinannya untuk periode kedua ini.
Ia mengatakan, untuk mewujudkan target itu tidak hanya mengandalkan pengadaan bibit sapi dari Pemprov Kaltim dan pemerintah pusat, tetapi juga harus kerja sama dengan kabupaten dan kota, swasta atau perusahaan, termasuk dengan masyarakat peternak.
Dalam upaya mewujudkan populasi dua juta ekor sapi tersebut, ia meminta mulai sekarang Dinas Peternakan Kaltim bersama instansi terkait harus bekerja maksimal. Setiap tahun harus mengupayakan 400.000 sapi sehingga dalam lima tahun ke depan terealisasi target dua juta ekor.
Awang Faroek Ishak meminta Dinas dan instansi terkait di Kaltim, harus menggandeng para pengusaha, termasuk harus intensif melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota di daerah ini, mengingat masih ada lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan sapi.
Gubernur yang memiliki segudang ide ini membaca peluang untuk memanfaatkan lahan perkebunan kelapa sawit untuk mengembangkan usaha sapi. Ide itu nampaknya tak sekedar isapan jempol, karena memang memungkinkan untuk dilaksanakan.
"Saya optimitis target itu bisa dilaksanakan, apalagi akhir-akhir ini mulai digencarkan program integrasi sawit-sapi. Lahan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk memelihara sapi dan limbah sawit untuk pakan sapi, sedangkan kotoran sapi dapat dijadikan pupuk kandang bagi kelapa sawit untuk mempercepat pertumbuhannya," katanya.
Pola integrasi sapi-sawit atau pengembangan peternakan sapi di dalam perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kaltim sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) Pengembangan Peternakan Kaltim jangka menengah, yakni untuk masa 2013-2018.
Prospek pengembangan sapi-sawit ini ke depan cukup prospektif mengingat luas lahan perkebunan kelapa sawit di "Benua Etam" cukup luas, mencapai 1 juta hektare.
"Prospek pengembangan sapi-sawit ke depan sangat besar seiring dengan pengembangan perkebunan sawit yang luas di wilayah Kaltim yang luasnya sudah mencapai 1 juta hektare," ujar Kepala Dinas Peternakan Kaltim Dadang Sudarya.
Dalam upaya mewujudkan integrasi sapi-sawit, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan perusahaan sawit lokal maupun nasional, Karena masih ada beberapa perusahaan yang belum memahami manfaat pola tersebut.
Menurut Dadang, ada satu hal yang membanggakan dalam pengembangan integrasi sapi-sawit, karena Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah menginstruksikan agar perusahaan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan agar melakukan integrasi dengan sapi, tujuannya adalah agar Indonesia mampu mewujudkan swasembada daging.
Pada tahap awal rencana kerja sama integrasi itu baru dilakukan dengan perusahaan milik negara, sementara dengan perusahaan swasta akan dilakukan setelah integrasi sapi dan sawit dengan perusahaan negara berjalan sukses.
Untuk pola integrasi sapi-sawit secara sederhana yang dilakukan oleh peternak dengan pekebun sawit, sudah berjalan di beberapa daerah di Kabupaten Paser, tetapi untuk pola integrasi secara besar-besaran yang didukung kebijakan pemerintah, baru mulai dilakukan pola kerja samanya.
Ia mengatakan, program integrasi sapi-sawit digulirkan pemerintah karena keduanya saling menguntungkan, karena kegiatan ini akan saling menguntungkan dua pihak, atau terjadi "simbiosis mutualisme".
"Dua subsektor bidang pertanian ini punya keterkaitan erat, yakni limbah peternakan secara langsung bisa menjadi pupuk kandang untuk perkebunan sawit, sebaliknya limbah sawit bisa dimanfatkan sebagai pakan ternak," kata Dadang.
Manfaat integrasi ini, menurut dia, adalah peternak tidak perlu repot mencukupi kebutuhan pakan bagi sapi, karena dari limbah perkebunan saja sudah dapat mempercepat proses penggemukan hewan ternak.
Sedangkan perusahaan perkebunaan sawit tidak perlu membayar tenaga untuk mengelola limbah atau membuang limbah sawit, sehingga akan bisa menekan biaya operasional perusahaan.
Keuntungan lainnya, biaya untuk pembelian pupuk juga dapat ditekan perusahaan hingga 40 persen, karena sudah ada pupuk kandang yang datang sendiri dari ternak yang mencari makan di bawah pohon sawit di areal perkebunan itu.
Menurut Dadang, setiap 1 hektare perkebunan sawit mampu memenuhi kebutuhan pakan dua ekor sapi setiap hari. Jika perusahaan memiliki lahan 600 hektare perkebunan sawit, maka kebutuhan pakan sapi dapat tercukupi untuk 1.200 ekor sapi per hari.
Berdasarkan penglaman di provinsi lain, pola integrasi sapi-sawit memiliki sejumlah keuntungan, seperti pemanfaatan pakan dari produk samping hasil perkebunan, pemanfaatan tenaga kerja ternak untuk angkutan tandan buah segar (TBS), yakni dari dalam perkebunan ke jalan yang ditarik sapi dengan menggunakan gerobak.
Manfaat lainnya adalah penyediaan kotoran sapi untuk salah satu sumber pupuk tanaman yang ramah lingkungan sehingga perusahaan perkebunan dapat menghemat untuk pembelian pupuk.
Untuk menunjang program unggulan menuju Provinsi "Kaltim Dua Juta Ekor Sapi" itu nampaknya tidak hanya mengandalkan potensi lahan perkebunan kelapa sawit. Sebagai "Bumi Tambang" di Kaltim banyak lahan bekas penambangan bahan bakar fosil itu bisa dimanfaatkan untuk usaha peterakan.
Lahan-lahan bekas tambang ternyata bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian baru. Salah satunya adalah bisa dioptimalkan untuk kawasan peternakan sapi terpadu.
Wujudkan PESAT
Dengan memanfaatkan dana Tanggjung Jawab Sosial (TJS) Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) Kaltim Prima Coal (KPC) bekerja sama dengan para ahli dari IPB telah memulainya dengan menyulap lahan bekas tambang menjadi Pusat Pengembangan Sapi Terpadu (PESAT).
"Saya menyambut baik upaya pengembangan peternakan sapi di lahan bekas tambang batu bara," kata Menteri Pertanian Suswono pada peresmian PESAT di Sangata, Kutai Timur belum lama ini. Acara itu antara lain dihadiri Bupati Kutai Timur Isran Noor.
Selama ini, Mentan mengaku belum pernah mendapatkan reklamasi lahan bekas tambang benar-benar memuaskan. Tapi apa yang dilakukan KPC dengan program PESAT ini merupakan terobosan yang patut diapresiasi.
Ia berharap program apa yang dilaksanakan KPC bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang lainnya. Lahan-lahan bekas tambang batu bara cukup luas.
Di Kalimantan Timur saja ada 1.348 titik di 142 kawasan pertambangan Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B).
"Jika reklamasi dilakukan secara baik, lahan-lahan tersebut bisa dikelola menjadi kawasan hijau yang produktif. Antara lain menjadi lahan pertanian terpadu, yang di dalamnya ada aneka tanaman Hortikultura, Tanaman Pangan, dan Peternakan sapi.
Program PESAT itu berawal dari tawaran kerja sama KPC kepada IPB tahun 2009. Dimulai dari studi agroklimat hingga pemanfaatan lahan eks tambang menjadi lahan pertanian dan peternakan hingga pusat pelatihan dan peternakan sapi terpadu. Ini satu bukti bahwa produk pendidikan pertanian bisa menjadi solusi.
"Ini satu bukti bahwa produk pendidikan pertanian bisa menjadi solusi," kata Mentan.
Suswono berharap program integrasi perkebunan sawit-sapi dan pengembangan food estate bisa berjalan baik di Kalimantan sebagai koridor tiga kawasan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Di Pulau Kalimantan ada sekitar 5 juta hektare kawasan perkebunan sawit, satu juta hektare diantaranya ada di ProvinsiKaltim. Jika setiap hektare lahan sawit ada dua ekor sapi saja, maka Indonesia sudah bisa melampuai target swasemada sapi.
"Peluang bisnis peternakan sapi sangat besar. Dengan konsumsi daging sapi rata-rata 2,5 kg per kapita saja, Indonesia masih mengimpor setara 600 ribu ekor sapi atau sekitar 20 persen dari kebutuhan daging dalam negeri.
Terkait dengan program pengembangan sapi tersebut Pemprov Kaltim telah menyiapkan bantuan permodalan melalui kredit usaha pertanian pada lembaga perbankan milik daerah atau Bank Pembangunan Daerah Kaltim atau Ban Kaltim yang jumlahnya mencapai Rp1,9 triliun.
Skeme kredit itu antara lain berupa permodalan usaha Kredit Ternak Sejahtera untuk kegiatan peternakan dan Kredit Sawit Sejahtera untuk kegiatan plasma (perkebunan sawit rakyat) serta Kredit Perikanan Sejahtera untuk budidaya perikanan.
Sektor pertanian diyakini merupakan lokomotif ekonomi masa depan Kaltim. Sebab di saat minyak dan gas bumi serta batu bara habis maka kita sudah siap di pertanian. Sinergitas lintas sektoral serta dukungan penuh swasta dan masyarakat akan mampu mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.
Pemprov Kaltim terus berupaya mengembangkan sektor pertanian dalam arti luas yang ke depan diharapkan menjadi lokomotif perekonomian baru bagi Kaltim, menggantikan sumber daya alam tidak terbarukan (migas dan batu bara) yang suatu saat akan habis.
Sektor peternakan menjadi salah satu sub sektor pertanian dalam arti luas yang mendapat perhatian serius oleh Pemprov. Pembangunan sub sektor peternakan mengalami pertumbuhan yang cukup baik pada periode kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak dan jajarannya.
Populasi ternak di "Benua Etam" memang masih relatif masih sedikit, namun terus mengalami peningkatan. Untuk sapi pada 2009 jumlahnya mencapai 101.176 ekor, meningkat menjadi 108.648 ekor, pada 2012 hingga akhir Juni 2013 tercatat sejumlah 116.797 ekor.
Harapan Pemprov Kaltim untuk mewujudkan populasi sapi sebanyak dua juta ekor lima tahun mendatang nampaknya tak sekedar mimpi jika jutaan hektare lahan sawit dan bekas tambang batu bara di "Benua Etam" ini bisa dimanfaatkan secara maksimal.(*)
Catatan Akhir Tahun - Tekad Kaltim Wujudkan Program Dua Juta Sapi
Senin, 30 Desember 2013 8:33 WIB
Harapan Pemprov Kaltim untuk mewujudkan populasi sapi sebanyak dua juta ekor lima tahun mendatang nampaknya tak sekedar mimpi jika jutaan hektare lahan sawit dan bekas tambang batu bara di "Benua Etam" ini bisa dimanfaatkan secara maksimal".