Disbun ajak pekebun Paser bentuk korporasi produksi minyak goreng

Samarinda, Kaltim (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) mengajak pekebun kelapa sawit di Kabupaten Paser bersatu dan membentuk korporasi petani untuk memproduksi minyak goreng, karena bahan baku tersedia di Paser dan sekitarnya.

"Saat ini, memang sudah ada dua pabrik minyak goreng di Kaltim, yakni satu di Balikpapan dan satu di Bontang, jumlah ini masih kurang sehingga kami mengajak pekebun di Paser untuk membentuk korporasi petani," ujar Plt Kepala Disbun Kaltim Asmirilda di Samarinda, Kaltim, Jumat.

Korporasi petani merupakan kelembagaan ekonomi para petani yang memiliki badan hukum baik koperasi atau badan hukum bentuk lainnya dengan sebagian besar modal dimiliki petani yang bersepakat dan diikat oleh perjanjian.

Ketika para petani di Paser bersatu dalam korporasi dengan modal gabungan dari mereka, katanya, maka para petani memiliki posisi kuat untuk membentuk pabrik minyak goreng, sehingga produk mereka pun memiliki nilai tawar kuat.

"Kami berharap di kawasan perkebunan sawit yang cukup luas di Paser terdapat perekonomian berbasis korporasi petani. Jika dalam waktu dekat belum bisa, harapan kami adalah setidaknya dalam waktu tiga tahun mendatang minimal ada satu pabrik minyak goreng," katanya.

Korporasi petani diharapkan banyak terbentuk di Kaltim, di antaranya di Kabupaten Paser, karena melalui pola ini mampu memaksimalkan pengelolaan sumber daya dengan lebih terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan.

Hal ini sesuai dengan harapan Pemprov Kaltim dalam pembangunan perkebunan yang berkelanjutan, sehingga pengembangan perkebunan juga harus mempertahankan banyak aspek seperti perekonomian masyarakat, keberdayaan perkebunan rakyat, hingga kelestarian lingkungan.

"Kementerian Pertanian juga selalu mendorong korporasi petani baik melalui konsolidasi lahan menjadi satu hamparan, tetapi dengan tetap menjamin kepemilikan lahan masing-masing petani, maupun pengembangan usaha berbasis hilir dengan menggandeng pihak lain, namun kepemilikan modal terbesar tetap di tangan pekebun," katanya.