Samarinda (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Timur (BPBD Kaltim) membentuk dua kelompok keluarga tangguh bencana untuk mengurangi risiko bencana, karena banjir, tanah longsor, dan lainnya sulit dihindari, sehingga yang perlu dilakukan adalah mitigasi.
"Kejadian bencana di Kaltim antara lain banjir, tanah longsor, dan kebakaran sehingga mitigasi yang kami lakukan sesuai dengan potensi daerah, termasuk pembentukan keluarga tangguh bencana juga menyesuaikan potensi," ujar Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kaltim Tresna Rosano di Samarinda, Selasa.
Saat ini, lanjutnya, telah terbentuk dua kelompok keluarga tangguh bencana (KTB), yakni satu di Kota Samarinda dan satu lagi di Kota Balikpapan.
Hingga kini pihaknya masih terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya TKB, bahkan BPBD di kabupaten/kota pun diharapkan membentuk KTB karena sasarannya langsung ke warga rentan dan yang langsung berhadapan dengan bencana.
Sasaran KTB adalah kelompok rentan seperti kaum perempuan atau kaum ibu, manusia usia lanjut, dan difabel sehingga mereka tidak panik saat bencana terjadi, baik bencana kebakaran rumah, banjir, tanah longsor, gempa, dan lainnya.
Rata-rata, lanjutnya, para pria atau para suami sedang di luar rumah saat bencana terjadi, sehingga kelompok rentan ini panik dalam menghadapi bencana, sehingga hal inilah yang kadang menimbulkan korban luka atau bahkan meninggal dunia.
"Melalui KTB, maka kami melakukan pelatihan dasar tanggap bencana, termasuk melakukan simulasi kebakaran rumah, banjir, maupun tanah longsor, sehingga kaum rentan ini tetap tangguh ketika ada bencana, yakni mereka sudah mengetahui apa yang harus dilakukan karena sudah dilatih," katanya.
Dalam pelatihan kebencanaan maupun simulasi, pihaknya menyesuaikan dengan kondisi lokal RT atau maupun kawasan setempat, misalnya mitigasi yang pihaknya telah lakukan pada dua RT di Kelurahan Sambutan, Samarinda, dua hari lalu tentang banjir dan tanah longsor.
"Di Sambutan, simulasi yang utama kami lakukan adalah tentang longsor karena ada beberapa lokasi yang memang rawan longsor di Sambutan, kemudian simulasi menghadapi banjir, kebakaran, bahkan simulasi gempa juga," ujar Tresna.