Samarinda (ANTARA) - Dosen Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, apt. Fajar Prasetya, S.Farm., M.Si. menyebut obat penangkal virus terbaik pada pandemi COVID-19 adalah sistem imunitas yang terbangun dalam tubuh manusia.
"Sistem imun yang sudah ada dan bekerja dalam tubuh manusia tersebut dapat membunuh sel-sel yang terjangkit virus, " ujar Fajar Prasetya saat menjadi narasumber Webinar COVID-19 Nasional Seri 05 yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2KPM-LP2M) Universitas Mulawarman, Jumat (11/9).
Sementara vaksin yang dipersiapkan saat ini sebenarnya bukan untuk membunuh virus, melainkan untuk mempersiapkan sistem imun untuk menghadapi virus.
Lebih lanjut Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia (The Indonesian Pharmacist Association) itu menjelaskan bahwa virus bukan merupakan makhluk hidup, namun virus dapat mempengaruhi kinerja sel-sel yang dihinggapinya, yakni hemoglobin. “Sistem kerja imun dapat ditingkatkan dengan vaksin,” tambahnya.
Menurut Fajar Prasetya lulusan S3 the University of Nottingham (UK) itu, beberapa tanaman keluarga secara turun temurun (empiris) telah dikenal luas oleh masyarakat untuk meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh manusia.
“Kami sering menyebut tanaman obat keluarga atau TOGA ini sebagai formula dapat diperoleh secara alami dan diproses secara sederhana, biasanya hanya menggunakan rebusan tanaman tersebut dalam air,” tambahnya sembari menjelaskan beberapa jenis tanaman obat keluarga yang dapat meningkatkan sistem imun tersebut.
Selain Fajar, webinar yang dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Relawan Covid-19 Nasional tersebut juga menghadirkan Hery Romadan, S.Hut. yang merupakan herbalis dan Direktur Abihira Herba Center.
Pada kesempatan tersebut, Hery memaparkan mengenai peran tanaman obat dalam meningkatkan kekuatan tubuh.
Hery menjelaskan mekanisme ketahanan tubuh dari sisi pengobatan klasik sangat berkaitan dengan energi dalam tubuh. Energi sumberdaya yang merupakan bawaan dalam tubuh berakar di ginjal, sementara energi yang berasal dari makanan dan minuman diolah dalam lambung dan diangkut limpa, sedangkan energi dihirup dari alam menggunakan paru-paru.
“Ketiga energi ini yang mempengaruhi kekebalan tubuh,” jelas lelaki yang sedang mendalami spesialisasi Traditional Chinese Medicine di Program Magister Kesehatan Dharma Husada tersebut.
Lebih lanjut ia menyebutkan beberapa aktivitas yang melemahkan organ Ginjal, Lambung, Limpa, dan Paru-Paru.
Menurutnya, mengkonsumsi makanan dan minuman yang beresidu pada pukul 05.00 Wita hingga 07.00 Wita dapat melemahkan Ginjal, sedangkan makan ataupun mengkonsumsi makan yang sulit dicerna pada pukul 19.00 Wita hingga 09.00 Wita akan menganggu kerja Lambung. Kegiatan yang melemahkan semuanya adalah merokok dan olahraga yang berlebihan.
Sementara beberapa jenis tanaman berkhasiat obat yang mudah ditemui untuk meningkatkan imunitas tubuh, seperti meniran, sambiloto, jahe, temulawak, kunyit, dan lain-lain.
Webinar yang dipandu Ali Suhardiman, Ph.D. dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman tersebut dibuka oleh Rektor Universitas Mulawarman yang diwakili oleh Koordinator P2KPM-LP2M Universitas Mulawarman, Kiswanto, Ph.D.
Dalam sambutannya, Kiswanto mengajak peserta webinar untuk bergotong royong dalam penanggulangan virus Covid-19 dengan tetap meningkatkan sistem imunitas dalam tubuh.
“Kehadiran kedua narasumber ini tentu memberikan pemahaman mengenai tanaman obat keluarga yang dapat berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi virus corona ini,” jelasnya sembari mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tempat budidaya tanaman obat tersebut.
Lebih lanjut, Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman itu menerangkan bahwa pelaksanaan KKNT COVID-19 kali ini memang ditujukan untuk peningkatan kesadaran masyarakat.
Meskipun demikian, lulusan S3 dari Universitas Tokyo Jepang itu mengakui permasalahan COVID-19 yang dibahas dalam webinar series tersebut tidak hanya dipandang dari sudut kesehatan saja, melainkan dari sudut pandang yang lain, seperti ketahanan ekonomi, ketahanan pangan, pendidikan, dan sebagainya.