Bontang (ANTARA) - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) gelar webinar nasional bertajuk 'Edukasi Konservasi Terumbu Karang (AKSI TERANG)', guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli ekosistem perairan dengan berbagi pengalaman konservasi terumbu karang di perairan Bontang, Senin (19/9/2022).
Webinar menghadirkan tiga pembicara, yakni VP TJSL Pupuk Kaltim Anggono Wijaya, Ketua Kelompok Nelayan Kimasea binaan Pupuk Kaltim Jusman, dan Ketua Reef Check Foundation Indonesia Derta Prabuning.
Kegiatan diikuti ratusan peserta, terdiri dari perwakilan instansi Pemerintah Daerah, Lembaga Non Profit hingga pelajar dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Diungkapkan Anggono Wijaya, konservasi terumbu karang dilaksanakan Pupuk Kaltim sejak 2009 yang terangkum dalam program KILAU SAMUDERA (Konservasi Tanaman Laut dan Sarana Media Terumbu Karang).
Program ini tidak hanya menitikberatkan pada aspek penanggulangan kerusakan ekosistem di perairan, tapi juga pemberdayaan nelayan sebagai agen perubahan untuk saling menjaga laut dari beragam potensi yang mengancam kelangsungan hidup biota dan kekayaan bawah air lainnya.
Hal ini didasari pada maraknya Penangkapan Ikan Tidak Ramah Lingkungan (PITRaL) oleh sejumlah oknum nelayan di perairan Bontang, sehingga menyebabkan rusaknya populasi dan habitat laut yang ada.
"Pada program ini, Pupuk Kaltim membina kelompok Kimasea yang terdiri dari nelayan penangkap ikan di kawasan sekitar perusahaan yang dulunya juga menangkap ikan dengan tidak ramah lingkungan," papar Anggono.
Anggota kelompok nelayan dibina secara bertahap, mulai dari memberikan edukasi hingga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga eksositem perairan.
Selain itu, nelayan binaan juga diberdayakan untuk pembuatan media terumbu yang diturunkan Pupuk Kaltim setiap tahun, sebagai upaya mengembalikan populasi ikan serta ekosistem bawah air secara bertahap.
"Setiap tahun sebanyak 500 unit terumbu diturunkan Pupuk Kaltim, dengan pemantauan secara berkala untuk memastikan terumbu mampu berkembang dengan baik," tandas Anggono.
Para nelayan binaan juga dilibatkan dalam pemantauan perkembangan terumbu. Mereka juga dibekali kemampuan menyelam dan sertifikasi untuk menunjang kegiatan tersebut.
Selain juga peningkatan kapasitas melalui serangkaian pelatihan pengembangan terumbu, salah satunya dengan metode transplantasi.
Hasilnya, saat ini setidaknya ada 30 lebih genus karang yang tumbuh baik di kawasan konservasi Pupuk Kaltim, termasuk kesadaran nelayan penangkap ikan yang mulai beralih menggunakan peralatan ramah lingkungan secara signifikan.
"Pengembangan program pun dilakukan, dengan membentuk kelompok nelayan binaan baru dari kawasan lain di Kota Bontang. Hal ini dilakukan agar program konservasi bisa terus diperluas dengan kesadaran nelayan yang semakin tinggi," lanjut Anggono.
Sejalan dengan itu, Pupuk Kaltim juga melakukan kampanye dan edukasi langsung ke berbagai instansi pendidikan di Kota Bontang, guna mengajak generasi muda terlibat langsung menjaga eksosistem laut secara berkesinambungan.
Apalagi kawasan Bontang terdiri dari 70 persen perairan, maka kekayaan alam bawah laut penting untuk dipertahankan bagi generasi penerus, diawali dengan menanamkan kesadaran sejak usia dini.
"Webinar ini pun sebagai kesinambungan upaya untuk memperluas manfaat dalam AKSI TERANG, agar komitmen dan semangat bersama menjaga ekosistem perairan terus kita tebar ke seluruh wilayah Indonesia," kata Anggono.
Ketua Kelompok Nelayan Kimasea Jusman, mengaku pembinaan dan pemberdayaan Pupuk Kaltim pada program konservasi terumbu karang ini secara tidak langsung mampu mengubah pola pikir nelayan, agar senantiasa menjaga ekosistem perairan dengan penangkapan ikan secara benar.
Jusman menyebut awalnya dia bagian dari nelayan yang kerap melakukan penangkapan ikan secara destruktif, mulai dari penggunaan Trol (dogol) hingga pengeboman agar bisa mendapat hasil melimpah.
"Awalnya kami tidak optimis dengan pembinaan Pupuk Kaltim, dan ikut hanya untuk formalitas. Tapi semakin program berjalan, secara perlahan pola pikir anggota kelompok mulai terbentuk dan menyadari pentingnya menjaga laut. Itu akhirnya menjadi komitmen kami untuk bersama menjaga ekosistem perairan," papar Jusman.
Tak dipungkiri Jusman, mengubah pola pikir masyarakat khususnya di kalangan nelayan tidak semudah membalik telapak tangan dan memiliki tantangan tersendiri.
Disatu sisi nelayan dituntut untuk mendapatkan hasil maksimal, namun disisi lain ekosistem perairan juga harus diperhatikan. Hal ini menjadi fokus Jusman bersama anggota kelompok Kimasea, agar nelayan yang masih menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan bisa berubah dengan dorongan dan pendekatan secara persuasif.
"Kami harus jemput bola, mendatangi nelayan door to door. Sebab jika budaya lama masih diteruskan, lambat laun akan merugikan nelayan itu sendiri. Itu yang kami tekankan setiap ada kesempatan," ungkap dia.
Sejalan dengan pengembangan program melalui pembentukan kelompok binaan baru oleh Pupuk Kaltim, Jusman bersama anggota binaan lainnya pun memastikan untuk terus mendukung konservasi terumbu karang, agar kesadaran masyarakat untuk menjaga kesinambungan ekosistem perairan semakin luas dan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh komponen masyarakat.
"Makanya kami selalu ikut serta dalam setiap kesempatan AKSI TERANG yang dilaksanakan Pupuk Kaltim, guna mengedukasi generasi muda hingga masyarakat umum terkait pentingnya upaya ini ditingkatkan secara berkesinambungan," tambah Jusman.
Ketua Reef Check Foundation Indonesia Derta Prabuning, mengungkapkan sejauh pengamatan pihaknya di perairan Bontang, terdapat perbedaan mencolok antara kawasan dengan aktivitas PITRaL dan Non PITRaL.
Pertumbuhan terumbu yang sangat baik didapati di perairan Beras Basah dan Kedindingan yang merupakan Non PITRaL, sedangkan untuk Segajah dan Tobok Batang yang selama ini kerap menjadi kawasan penangkapan ikan nelayan memiliki kerusakan sangat tinggi akibat PITRaL.
"Hal ini yang kami lihat menjadi dasar konservasi Pupuk Kaltim, dimana untuk substrat stabil di Kedindingan dan Beras Basah terbilang baik mencapai 51-61 persen. Sementara untuk Segajah dan Tobok Batang, didapati substrat mobile antara 51-54 persen, karena terumbu yang sangat rusak dengan banyaknya serpihan karang mati," papar Derta.
Dirinya menyebut program konservasi Pupuk Kaltim mampu mengakomodasi perbaikan kawasan yang rusak akibat PITRaL, melalui substrat yang diturunkan setiap tahun. Bahkan hingga saat ini terdapat lebih dari 30 genus karang yang tumbuh baik di area konservasi terumbu di Tobok Batang.
"Pupuk Kaltim telah melakukan tiga pendekatan utama dalam konservasi, yakni keilmuan, kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat. Tiga hal ini merupakan poin utama yang harus dilakukan agar program konservasi berjalan dengan baik dan berkesinambungan," pungkas Derta.(*)