Matalibaq (Antaranews Kaltim) - Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Bonifasius Belawan Geh meminta masyarakat serius dalam menggarap lahan pertanian, terutama pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan sehingga keinginan menjadikan daerah swasembada pangan bisa tercapai.
"Bertani tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat adat Dayak, karena sejak nenek moyang kita sudah mengajarkan bagaimana kita harus bisa bertahan hidup dari hasil bercocok tanam," ujar Boni di Matalibaq, Jumat.
Ia mengatakan itu ketika berpidato di hadapan masyarakat Kampung Matalibaq, Kecamatan Long Hubung, dalam rangka upacara adat Hudoq Kawit yang digelar di lamin adat setempat.
Upacara adat yang berlangsung selama 10 hari berturut-turut dengan kegiatan siang dan malam ini digelar untuk menyambut pesta panen padi yang dalam beberapa hari lagi akan dilakukan. Upacara ini digelar dalam rangka rasa syukur kepada Tuhan atas padi yang berbulir padat sehingga siap panen.
Bupati mengatakan bahwa selama ini Kabupaten Mahulu masih bergantung pangan dari daerah lain, terbukti masih adanya kapal yang hampir tiap hari membawa beras dan bahan pangan lain untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Mahulu.
Di sisi lain, lahan pertanian di Mahulu masih luas dan belum termanfaatkan optimal, sehingga ia minta masyarakat tidak hanya menancap patok dan papan nama atas kepemilikan lahan, namun lahan tersebut juga harus digarap agar menghasilkan pangan dan tidak bergantung pada daerah lain.
Ke depan, lanjut dia, Mahulu harus mampu mencukupi pangan sendiri baik beras maupun palawija. Begitu pula dengan sayur-mayur juga harus mampu dicukupi dari lahan sendiri karena hampir setiap kepala keluarga di Mahulu memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai jenis tanaman pangan.
Ia juga menyemangati masyarakat serius dalam menggarap lahan pertanian dan belajar berwiraswasta, sehingga tidak selalu berpikir menjadi pegawai negeri maupun sebagai pegawai kontrak karena penghasilan menjadi petani dan berwiraswasta jauh lebih besar ketimbang menjadi pegawai.
Ia lantas bercerita bahwa sebelum menjadi bupati, ia dulunya adalah pengusaha batu bara. Sementara usaha tersebut merupakan pengembangan dari usaha kecil-kecilan yang ia rintis sebelumnya, yakni hanya bermodalkan uang Rp500 ribu yang digunakan untuk mencari sarang burung walet di gua alam dan membeli sarang walet kemudian ia jual lagi.
"Dari usaha kecil-kecilan itu, kemudian saya terus mengembangkan ke berbagai jenis usaha lain sampai saya memiliki usaha tambang batu bara. Saya menceritakan ini bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, tapi untuk inspirasi semua warga bahwa untuk sukses itu harus dimulai dari hal yang kecil," ucap Boni.(*)