Sangatta (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) optimis angka stunting di daerah itu dapat diturunkan hingga 12 persen pada akhir 2025.
"Angka stunting di Kutim mengalami penurunan signifikan. Dari 16,5 persen, menjadi 14 persen. Ini merupakan hasil kerja keras dan sinergi seluruh elemen, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten,” kata Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi, di Sangatta, Kamis.
Ia mengatakan dengan keberhasilan menurunkan angka 2,5 persen dalam jangka satu tahun, menjadi motivasi pihaknya untuk menekan terus angka stunting hingga 12 persen.
Menurut Junaidi pihaknya terus menggencarkan program percepatan penurunan stunting melalui berbagai inisiatif strategis. Salah satunya adalah pelatihan terpadu untuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang akan difokuskan di 18 kecamatan di wilayah Kutim.
Lanjutnya, TPK memainkan peran kunci dalam mendata dan memverifikasi keluarga berisiko stunting melalui aplikasi elektronik.
“Jika data yang di input tidak sesuai, maka itu akan menjadi data abadi yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Oleh karena itu, pelatihan ini sangat penting,” katanya..
Ia juga menambahkan bahwa data yang akurat dan mutakhir menjadi fondasi dalam menurunkan angka stunting.
Junaidi menjelaskan, dalam mencapai tujuan tersebut. pihaknya telah memiliki program yang saat ini dijalankan, yaitu program unggulan "Jemput Bola Stop Stunting".
Dengan metode jemput bola yang lebih terstruktur, ditambah kolaborasi yang kuat dengan desa, target ini bukanlah hal mustahil.
Ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah desa dalam mendukung program tersebut dan diharapkan setiap desa dapat mengalokasikan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk mendukung program penurunan stunting.
“Jika desa peduli, maka angka stunting akan semakin menurun secara signifikan,” ujarnya.
Junaidi berharap dengan sinergi yang kuat, target penurunan stunting hingga dua digit dapat tercapai tahun 2025.