Penajam Paser Utara (ANTARA) - Penjabat (Pj) Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, Muhammad Zainal Arifin mengajak seluruh elemen masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, ikut bersinergi mencegah kejahatan atau kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Kami minta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan sinergi ikut berperan lakukan pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan," ujar Zainal Arifin di Penajam, Kalimantan Timur, Senin.
Zainal mengatakan pemerintah di tingkat kecamatan, desa dan kelurahan, juga harus membangun sinergi melakukan pencegahan kejahatan terhadap perempuan dan anak.
"Harus bersama-sama bantu sinergi dengan seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan untuk lakukan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak," jelasnya.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat 24 kasus kekerasan terhadap anak dan 16 kasus kejahatan terhadap perempuan terjadi sepanjang 2022.
Kemudian terdata 31 kasus kekerasan terhadap anak dan 14 kasus kejahatan terhadap perempuan terjadi selama 2023, sementara sepanjang 2024 tercatat terjadi 34 kasus kekerasan terhadap anak dan 19 kasus kejahatan terhadap perempuan.
Data tersebut secara keseluruhan, jelas dia, menunjukkan terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dan harus menjadi perhatian bersama agar dapat diminimalkan.
Dia menekankan kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan kejahatan kompleks dengan modus yang terus berkembang dan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Menurutnya, rencana kerja dan langkah strategis dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut harus selaras dari tingkat atas hingga tingkat bawah.
Dinas P3AP2KB Kabupaten Penajam Paser Utara diinstruksikan untuk mengatur langkah dengan baik dan optimal dalam pencegahan kejahatan terhadap perempuan dan anak.
Tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan perkawinan anak juga harus menjadi perhatian, karena yang menjadi korban adalah perempuan dan anak, demikian Muhammad Zainal Arifin.