Penajam Paser Utara (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, mengembangkan ekowisata hutan bakau (mangrove) di Kelurahan Kampung Baru menjadi laboratorium alam.
"Kami sudah susun perencanaan pengembangan ekowisata hutan bakau jadi laboratorium alam, khususnya pelestarian mangrove," ujar Penjabat Bupati Penajam Paser Utara Muhammad Zainal Arifin, di Penajam, Senin.
Menurut dia, keaslian spesies bakau yang ada di ekowisata hutan mangrove itu bisa menjadi pusat edukasi bagi masyarakat sekitar dan pengunjung.
Ekowisata hutan bakau di Kelurahan Kampung Baru didorong agar dapat terus berkembang dan menjadi sarana edukasi atau pendidikan yang memberikan manfaat lebih luas.
Selain itu, juga diharapkan menjadi ikon atau ciri khas pariwisata edukasi dan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Penajam Paser Utara.
Ia mengatakan pengembangan ekowisata hutan mangrove menjadi wisata edukasi agar pengunjung bisa mengenal lebih dalam mengenai ekosistem bakau yang unik di Kabupaten Penajam Paser Utara, saat mengunjungi kawasan hutan bakau tersebut.
"Jadi, pengembangan ekowisata hutan bakau tidak hanya sebagai wisata alam, tetapi juga sebagai sarana edukasi," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa ekowisata mangrove di Kelurahan Kampung Baru bisa menjadi daya tarik baru bagi wisatawan dengan keindahan bakau alami, karena banyak bakau raksasa yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
Kawasan ekowisata hutan mangrove tersebut memiliki keaslian ekosistem tersebut juga bisa menjadi tempat untuk berbagai kegiatan.
"Di lokasi ekowisata hutan bakau bisa digunakan sebagai tempat pertemuan, bisa untuk pemotretan pranikah (prewedding) dan aktivitas lainnya," kata Muhammad Zainal Arifin.
Tahap pembenahan dan penataan ekowisata hutan mangrove di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam Paser Utara ditargetkan rampung akhir Desember 2024, dengan dana lebih kurang Rp2 miliar.