Samarinda (ANTARA) -
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda, Kalimantan Timur telah mengalokasikan Rp1,1 miliar untuk merehabilitasi gedung Sekolah Dasar Negeri 020 Samarinda yang rusak sebelum viral di media sosial.
"Jauh sebelum viral, masalah SDN 020 Samarinda sudah kami bahas dan masukkan dalam program perbaikan," ungkap Kepala Disdikbud Samarinda Asli Nuryadin, di Samarinda, Sabtu.
Disebutkan dia, rehabilitasi total sekolah tersebut direncanakan dimulai pada awal tahun 2025.
Dana tersebut digunakan untuk perbaikan menyeluruh fasilitas sekolah, termasuk perbaikan atap yang bocor, dinding yang rusak, serta peningkatan fasilitas lainnya.
Kepala Disdikbud Samarinda memastikan bahwa proses rehabilitasi ditangani oleh kontraktor profesional, bukan oleh pihak sekolah.
"Untuk sementara, kami melakukan perbaikan darurat pada bagian-bagian yang bocor. Namun, pada awal 2025, seluruh bangunan akan dibongkar dan direhabilitasi total," tambah Asli.
Dia juga menekankan komitmen Disdik Samarinda untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat.
"Kami terus berkomunikasi dengan pihak sekolah dan kontraktor untuk memastikan proses rehabilitasi berjalan lancar. Kami berharap pada tahun 2025, SDN 020 sudah memiliki bangunan yang amat layak," pungkasnya.
Kepala Sekolah SDN 020 Samarinda Utara, Hadijah, mengungkapkan kondisi memprihatinkan sekolahnya yang berpotensi membahayakan siswa-siswi saat proses belajar mengajar.
Plafon berbahan triplek yang hampir roboh, serta beberapa dinding yang berlubang, perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah kota.
Sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1984 ini, dulunya pernah mendapatkan perbaikan pada tahun 2001 dan 2007. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi sekolah semakin memburuk dan membutuhkan renovasi menyeluruh.
"Salah satu hal paling mengkhawatirkan adalah plafon yang terbuat dari triplek, tidak memiliki penyangga, dan kini sudah melengkung serta hampir roboh," ungkap Hadijah.
Ia bahkan membuat video YouTube untuk menunjukkan betapa parahnya kerusakan tersebut.
Tidak hanya plafon, dinding-dinding kelas juga berlubang di berbagai bagian, bahkan hingga tembus ke luar.
"Kondisi ini tentu sangat membahayakan, terutama bagi siswa-siswi yang masih kecil," ujar Hadijah.
Saat hujan datang, aktivitas belajar mengajar seringkali terganggu karena atap yang bolong dan bocor.
"Baru kali ini kami videokan karena hujannya sangat deras. Sebelumnya, kami hanya pindah kelas atau keluar ruangan, tapi hari itu semua kelas terpaksa berhenti belajar," jelasnya.
Sekolah ini memiliki 168 siswa, namun hanya 6 ruang kelas yang tersedia. Satu kelompok belajar terpaksa menggunakan perpustakaan sebagai ruang kelas darurat, meskipun perpustakaan itu sendiri juga dalam kondisi rusak.
Untuk upaya rehabilitasi, Hadijah telah mengajukan proposal bantuan renovasi total kepada pemerintah kota yang direspons positif oleh Kepala Disdikbud Samarinda Asli Nuryadin, dengan mengabulkan usulan tersebut.