Bontang (ANTARA) - Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Setjen Wantannas) kunjungi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), dalam rangka menggali potensi ketahanan energi dan pangan guna mengantisipasi krisis yang kini terjadi secara global rombongan diterima di Kantor Pusat PKT, Rabu (20/7/2022).
Bandep Lingkungan Strategis Nasional, Kedeputian Pengkajian dan Penginderaan Setjen Wantannas, Laksma TNI Bambang Eko Palgunadi, mengungkapkan pihaknya tengah melaksanakan pengkajian daerah melalui pengumpulan informasi dan data, terkait permasalahan yang terjadi khususnya persoalan krisis energi serta pangan secara detail dan komperehensif, untuk diolah dalam bentuk rekomendasi melalui pelaporan langsung kepada Presiden RI.
Dijelaskannya, konflik antara Rusia - Ukraina menyebabkan terjadinya krisis energi dan pangan secara global, sehingga Indonesia harus berupaya mencari sumber dan potensi pengembangan energi terbarukan di dalam negeri, agar ke depan tidak mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Selain itu PKT sebagai produsen urea terbesar di Asia Tenggara, pun tak lepas dari penggunaan gas alam untuk memenuhi cakupan pupuk di seluruh wilayah tanggungjawab perusahaan.
"Karena itu kami datang ke PKT, untuk mengetahui secara langsung langkah perusahaan dalam menggali potensi atau penggunaan energi alternatif sebagai pengganti fosil," ujar Bambang Eko Palgunadi.
Begitu pula terkait krisis pangan, Setjen Wantannas ingin mengetahui lebih lanjut program dan gagasan yang telah direalisasikan perusahaan dalam menjaga ketahanan pangan nasional, mengingat PKT merupakan bagian dari BUMN di sektor pangan yang secara langsung terlibat dalam mendorong produktivitas pertanian dalam negeri.
"Dua hal ini akan menjadi bahan kajian wantannas, untuk selanjutnya kami laporkan berupa rekomendasi kepada Presiden," tambah Bambang.
Menanggapi itu, SVP Pengembangan PKT Indardi mengungkapkan, sejauh ini PKT mulai menekan penggunaan energi fosil untuk meningkatkan efisiensi dalam aktivitas bisnis perusahaan.
Hal ini menjadi salah satu fokus PKT sesuai roadmap di fase kedua pertumbuhan perusahaan dalam 40 tahun ke depan, dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).
"PKT berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pencapaian target dekarbonisasi di lingkungan BUMN, melalui sejumlah inisiatif strategis untuk menekan emisi karbon hingga 30 persen di tahun 2030," kata Indardi.
Guna meningkatkan efisiensi pabrik dalam menekan gas buang, PKT melakukan penghematan pemakaian gas alam melalui revamping pabrik ammonia, serta pengembangan teknologi baru yang difokuskan pada penyerapan karbondioksida untuk digunakan sebagai bahan baku produk lainnya.
Selain itu PKT juga melakukan substitusi bahan baku gas alam dengan hidrogen berbasis EBT, untuk menghasilkan green ammonia. Termasuk substitusi energi fosil dengan EBT, melalui PLTS atap yang kini terpasang di seluruh area perkantoran perusahaan.
"PLTS ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.256,04 Kilowatt Peak (kWp), dengan spesifikasi output memiliki tegangan 3 phase 400 Volt. Sistem ini terpasang menggunakan skema rooftop on grid tanpa baterai, atau tersambung jaringan listrik PKT dengan total modul sebanyak 2.326 unit," terang Indardi.
Berdasarkan evaluasi, PLTS atap ini menghasilkan total produksi energi sebesar 134.814,65 Kilowatt Hour (kWh) pada Januari 2022 dan 138.693,50 kWh pada Februari.
Jumlah produksi energi tersebut mampu menekan buangan gas limbah (CO2 Avoided) mencapai 65,88 ton dalam dua bulan terakhir, serta penghematan penggunaan batubara (Standard Coal Saved) untuk pembangkit diesel sebesar 55,48 ton dalam satu bulan.
"Ini langkah awal PKT mengembangkan energi hijau dan terbarukan, untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Sekaligus dukungan bagi Pemerintah dalam mencapai target NDC tahun 2030 serta Net Zero Emission di tahun 2060," lanjut Indardi.
Sementara terkait ketahanan pangan, PKT terus memperluas pengembangan Program Makmur sebagai langkah strategis dalam mendorong produktivitas hasil pertanian dan kesejahteraan petani di Indonesia.
Disamping turut menggali potensi komoditas unggulan alternatif, yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi para petani.
Manfaat yang diterima petani pada program Makmur yakni ketersediaan agri input seperti benih, pupuk dan pestisida, jaminan asuransi, akses permodalan, penerapan teknologi pertanian, hingga pendampingan langsung oleh PKT dan pemerintah daerah.
Termasuk jaminan penjualan hasil panen kepada offtaker yang telah ditunjuk secara berkelanjutan.
"Program Makmur dikembangkan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang kondusif, serta mendukung petani mencapai produktivitas secara optimal," tutur Indardi.
Sejauh ini program Makmur telah dilaksanakan PKT di berbagai daerah tanggung jawab perusahaan pada beragam komoditas, seperti padi, jagung, kentang, semangka hingga tanaman hortikultura lainnya.
Dari total target 60.000 hektare di tahun 2022, PKT telah merealisasikan lebih dari 47.000 hektare dengan akuisisi petani diatas 23.000 orang dari target 25.000 petani.
"Cakupan program tersebar di wilayah pengembangan yang dimandatkan kepada PKT, yakni Sulawesi, Jawa, Kalimantan, NTB, NTT dan Papua Barat," pungkas Indardi.(*)