Samarinda (ANTARA Kaltim)- Satu lagi proyek mercusuar dicanangkan dan segera memasuki tahap ground breaking, yakni pembangunan rel kereta api khusus rute Muara Wahau-Lubuk Tutung, di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
Anggota Komisi III Gamalis menyatakan mendukung proyek ini dengan catatan permasalahan pembebasan lahan sudah rampung dan tak berpotensi menimbulkan konflik di kemudian hari.
"Melihat beberapa proyek besar yang dilakukan Pemprov selama ini selalu terkendala pembebasalan lahan, saya khawatir megaproyek ini bernasib sama dengan proyek kebanyakan yang tak kunjung selesai. Seperti jalan tol, Bandara Samarinda Baru (BSB) dan pengendalian banjir," tutur politikus Partai Persatuan Pembangunan ini.
Gamalis menjelaskan, proyek kereta api memiliki dilema tersendiri. Di satu sisi ia mendukung ketika proyek tersebut berhasil dengan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengurangi jalan hauling batubara, namun di sisi lain ia menyatakan Kaltim butuh perbaikan pada infrastruktur yang telah rusak, atau membangun infrastruktur yang baru.
"Kita contohkan saja jalan yang menghubungkan antara kabupaten/kota yang bisa dilihat rusak dimana-mana. Belum lagi banjir yang tak kunjung selesai diikuti proyek pengendalian banjirnya," ungkap legislator daerah pemilihan (Dapil ) IV, Berau , Kutim dan Bontang ini.
Sebelum ini proyek kereta api dijelaskan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek merupakan upaya membangun koneksi antardaerah Kaltim.
"Awalnya digunakan untuk pengangkutan batu bara dan komoditas lainnya seperti CPO dan hasil HTI. Namun ke depannya bisa digunakan mengangkut penumpang," ucap Faroek.
"Jika berimbas positif bagi kesejahtraan warga sekitar pembangunan kereta dan masyarakat Kaltim secara umum, DPRD pasti mendukung proyek ini. Yang penting lahan sudah siap dan izin telah didapat," kata Gamalis. (Humas DPRD kaltim/adv/dit/dhi/dit)