Jayapura (ANTARA) - Atlet anggar Provinsi Kalimantan Timur Ima Safitri akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya meraih medali emas pada ajang PON XX Papua, setelah pada dua PON sebelumnya ia harus puas dengan medali perak.
Dua kali ajang olahraga nasional empat tahunan, yakni PON 2012 di Riau dan PON 2016 di Jawa Barat, putri kelahiran 13 April 1994 di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara itu selalu lolos sebagai finalis, namun prestasi juara belum bisa digapainya dan hanya berbuah medali perak.
"PON 2012 di Riau saya main di final sabel beregu putri, begitu pula pada PON 2016 di Jabar saya juga masuk tembus babak final, namun keduanya hanya mendapatkan perak dan pada PON tahun ini cita-cita saya membawa pulang emas bisa tercapai, alhamdulilah," kata Ima Safitri yang dihubungi dari Jayapura dalam perjalanan pulang menuju Kaltim, Minggu siang.
Bertanding di Tanah Papua rupanya membawa berkah tersendiri bagi atlet paling senior dalam tim anggar Kaltim itu, sehingga mampu meraih prestasi tertinggi.
Ima Safitri berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen Kaltim pada nomor sabel beregu putri saat berpasangan dengan Geby Novita dan Eka Ratih Nopebri di arena Aula Serbaguna Gereja St Yoseph, Kabupaten Merauke, Sabtu 9 Oktober 2021.
Medali emas yang diraihnya sekaligus menjadi pelipur lara saat ia dikalahkan rekannya sendiri Geby Novita pada laga final sabel perorangan putri, dan Ima harus puas dengan medali perak.
"Saya sangat bersyukur akhirnya bisa mendapatkan medali emas di nomor beregu, sebelumnya di nomor perorangan saya hanya finish di urutan kedua," urai putri dari enam bersaudara tersebut.
Perjuangan panjang putri kelima pasangan Amran (Ayah ) dan Absyah (ibu) itu dalam kariernya sebagai atlet anggar Kaltim dan juga nasional diawali dari ajakan teman saat usianya masih beliau, 14 tahun.
" Saya ikut latihan anggar karena ajakan teman di Tenggarong, Kutai Kartanegara, saat itu saya belum tahu sama sekali dengan anggar, namun lama- kelamaan saya senang, karena teman temannya juga menyenangkan," beber Ima.
Dua tahun menjalani latihan Ima Safriti sudah masuk dalam skuad utama tim Kaltim dalam kejuaraan anggar nasional untuk kategori kadet dan junior.
"Saya ikut kejuaraan pertama kali di kejurda Kaltim tahun 2007 dengan meraih medali emas, setelah itu saya langsung masuk dalam tim Kaltim di kejurnas Pra-PON 2007," jelas Ima Safitri.
Namun, pada PON 2008, Ima gagal masuk skuad utama Kaltim, namanya kalah bersaing dengan para seniornya dalam perebutan tim inti.
"PON pertama kali yang saya ikuti di Riau, saat itu persaingan atlet memang sangat ketat, dan saya bangga bisa menyumbangkan medali perak di even itu," kata Ima Safitri.
Karier Ima kian melambung usai PON 2012, namanya terus menjadi langganan timnas dalam berbagai event internasional, yakni SEA Games 2015 dan Asian Games 2014.
Bidang Prestasi KONI Kaltim, Ivert Reinaldo Walian mengungkapkan kondisi fisik Ima memang kurang ideal sebagai atlet anggar, karena postur tubuhnya yang kecil.
Namun, lanjut Ivert dia punya semangat dan ketekunan dalam berlatih, saat diberikan materi latihan yang berat dia juga jarang mengeluh.
" Anaknya sedikit cuek, tapi penurut dengan pelatih, bahkan ketika dia sudah bergabung dengan timnas pun masih terjalin komunikasi yang baik dengan mantan pelatihnya, termasuk dengan saya," jelas Ivert.
Rekannya sesama atlet Kaltim juga memandang Ima sebagai sosok yang menyenangkan, supel dan tidak sombong dalam bergaul.
"Orangnya asyik, meski atlet senior tapi bisa membaur dengan adik-adiknya yang junior," kata Gebby Novita atlet anggar Kaltim memandang sosok Ima.
Pelatih anggar Kaltim Ahmad Saibi, mengatakan pada PON Papua tahun ini, Ima memang menjadi andalan untuk meraih medali emas.
" Target kami untuk PON Papua satu emas, pada nomor sabel ini kami punya kekuatan atlet yang cukup kuat, yakni Ima Safitri dan Gebby Novita yang mendukuki rangking teratas nasional, prediksi kami emas bisa kita dapatkan pada nomor beregu, dan alhamdulilah bisa meraih dua emas, yakni di sabel perorangan dan sabel beregu," jelas Saibi.
Saibi mengatakan Ima Safitri sebagai atlet senior masih punya peluang untuk tampil di PON selanjutnya Aceh dan Sumut, karena batasan usia atlet PON di cabang adalah 25 tahun.
" Saat ini Ima Safitri berusia 29 tahun, lima tahun lagi usianya 34 tahun, artinya dia masih bisa menjadi punggawa utama tim Kaltim pada PON Aceh dan Sumut lima tahun mendatang," kata Ahmad Saibi.
Ketua Ikatan Anggar Seluruh Indonesia ( IKASI) Kaltim, Muslimin mengatakan PON XX Papua tahun 2021 ini menjadikan sejarah baru bagi prestasi anggar Kaltim, karena baru pertama kalinya bisa membawa pulang dua medali emas.
Sebelumnya, tim Kaltim baru bisa meraih medali emas pada PON 2016 di Jawa Barat, dan saat itu hanya satu medali emas melalui nomor floret beregu putri.
"Selama bertahun partisipasi di ajang PON hanya medali perak dan perunggu yang bisa kita raih, baru tahun 2016 di Jawa Barat kami bisa membawa pulang medali emas, dan tahun ini kita bisa menambah satu lagi menjadi dua emas, ini menjadi sejarah baru prestasi tim anggar Kaltim dalam kiprahnya di ajang PON," jelas Muslimin.