Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Sejumlah pedagang di Pasar Seni, Museum Mulawarwan, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mengeluhkan sepinya pengunjung sejak dibukanya Festival Adat Erau Pelas Benua Etam pada 1 Juli 2012.
Salah seorang pedagang, Zulkifli, yang ditemui Selasa, mengaku hingga hari ketiga pelaksanaan Festival Erau, 1-8 Juli 2012, jumlah pengunjung kali ini dirasa sangat berkurang dibandingkan dengan perayaan serupa pada tahun-tahun sebelumnya.
"Meskipun gedung tempat peninggalan sejarah Kerajaan Kutai ini (Museum Mulawarman.red) dijadikan sebagai salah satu pusat perayaan Erau, namun pengunjung tidak banyak," katanya.
Ia menuturkan, sekitar lima tahun silam, di mana Pesta Adat Erau selalu menjadi daya tarik masyarakat bukan hanya warga lokal namun dari beberapa kota di Kaltim lainnya bahkan pengunjung dari provinsi lain juga ikut menyaksikan.
"Sama seperti hari biasa, praktis tidak ada peningkatan baik dari segi pengunjung maupun pendapatan kami dalam kesehariannya," kata Zulkifli yang sudah sepuluh tahun berjualan pernak-pernik kerajinan di pasar seni tersebut.
Menurut Zulkifli, sepinya pengunjung di pasar seni tersebut masih ada kaitannya dengan musibah runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara pada akhir 2011, yang menjadi jalur penghubung Kota Tenggarong dengan wilayah sekitarnya termasuk Samarinda, sebagai ibu kota provinsi Kaltim.
"Bukti yang nyata sejak musibah jembatan runtuh pendapatan tiket masuk museum per bulan yang biasanya sekitar Rp28 juta, setelah runtuhnya Jembatan hanya berkisar Rp7 juta, dan tentunya imbasnya cukup terasa bagi kami yang berjualan di lokasi Museum," kata Zulkifli.
Lima tahun silam, dikatakan Zulkifli, perayaan Erau selalu menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar karena pesta adat tersebut menyuguhkan berbagai macam aneka hiburan, dengan suguhan pagelaran musik dan hiburan yang melibatkan bintang artis ibu kota.
"Dulu Erau selalu ramai dan banyak pengunjung, kalau sekarang ya seperti inilah keadaannya," kata Zulkifli.
Nasib yang sama juga dirasakan Siti Fatimah pemilik kios pernak-pernik dan cenderamata di lokasi yang sama. Siti mengaku praktis tidak ada peningkatan jumlah pengunjung atau pembeli yang mampir ke kiosnya.
"Kalau saya apapun hasil yang saya dapatkan selalu saya syukuri, biar sedikit asalkan membawa berkah," ujar Siti Fatimah.
Siti Fatimah sedikit beruntung, karena dia sudah punya pelanggan tetap dari luar daerah yang selalu membeli barang dagangannya dalam skala besar.
Hal itulah yang membuat dia tetap bertahan menekuni profesinya berjualan di Pasar Seni Museum, meski dari hari ke hari jumlah pengunjungnya mulai berkurang.
"Saya masih bersyukur punya pelanggan tetap luar daerah yang membeli barang dagangan secara grosir, sehingga saya tetap bisa bertahan sampai saat ini," kata Siti Fatimah. (*)
Pedagangi Keluhkan Sepinya Pengunjung Saat Erau
Selasa, 3 Juli 2012 19:20 WIB