Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 42 orang mantan anggota kelompok Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yang bermukim di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, telah kembali ke Yogyakarta.
"Sejak kemarin (Selasa, 2/2) sebanyak 42 orang mantan anggota Gafatar itu meninggalkan permukiman mereka di Kecamatan Tenggarong dan kami baru mendapat informasi pada Selasa (2/2) petang yang menyatakan bahwa mereka sudah berada di Yogyakarta," ujar Camat Tenggarong, Mulyadi, dihubungi dari Samarinda, Rabu sore.
Ia mengatakan kepulangan ke-42 orang mantan anggota Gafatar itu tanpa sepengetahuan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara maupun camat dan unsur Muspika Kecamatan Tenggarong.
"Rencananya, pada Selasa (2/2) pagi sekitar pukul 09.00 Wita, kami akan mengadakan rapat terkait tuntutan mereka agar segera dipulangkan, Namun, setelah kami tunggu hingga satu jam atau sekitar pukul 10.00 Wita, mereka tidak datang dan setelah lurah mengecek langsung ke permukiman mereka, ternyata seluruh mantan anggota Gafatar tersebut sudah tidak ada di sana," kata Mulyadi.
Setelah melakukan koordinasi dengan Polres Kutai Kartanegara pada Selasa siang, lanjut Mulyadi, telepon genggam koordinator mantan Gafatar tersebut terlacak berada di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.
"Kami tidak tahu kepastian apakah benar mereka sudah berada di Yogyakarta, sebab informasi itu diperoleh dari salah satu mantan anggota Gafatar pada Selasa petang, bahwa mereka semua sudah berada di Yogyakarta," ujarnya.
"Kami akan berupaya berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Yogyakarta terkait data mantan anggota Gafatar tersebut dan berharap mereka semua memang benar berada di Yogyakarta," tambah Mulyadi.
Ia menambahkan Pemkab Kutai Kartanegara sudah merencanakan pemulangan mantan anggota Gafatar tersebut, namun mereka ternyata sudah kembali tanpa sepengetahuan pemerintah setempat.
Mantan anggota Gafatar yang bermukim di Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong tersebut, sudah sering menyampaikan keinginannya agar mereka segera dipulangkan.
"Mereka memang sering menyatakan agar segera dipulangkan dan sempat mengancam akan pulang sendiri. Bahkan, mereka juga mengusulkan jika dipulangkan agar tidak dilakukan pengawalan dan menggunakan mobil plat merah," katanya.
"Namun, kami terus berupaya memberikan pemahaman sebab proses pemulangan itu memakan waktu lama karena melalui prosedur dan beberapa tahapan. Kami juga kaget, sebab ternyata mereka sudah pulang sendiri tanpa memberi tahu kami maupun warga di sekitar permukiman mereka," tutur Mulyadi.
Berdasarkan hasil inventarisasi, mantan anggota Gafatar yang sempat bermukim ke Kelurahan Loa Tabu, Kecamatan Tenggarong, sebanyak 13 kepala keluarga atau sekitar 42 jiwa.
"Itu data terakhir dan mereka sudah pulang sendiri. Kami tidak mengerti secara pasti alasan kepulangan mereka dan permintaan jika dipulangkan tidak menggunakan pengawalan. Tetapi, kemungkinan mereka merasa malu jika dipulangkan dengan cara dikawal," katanya.
Selama ini, kata Mulyadi, mantan anggota Gafatar yang tinggal di Kecamatan Tenggarong tetap membaur dengan masyarakat sekitar.
"Kami juga memberikan pelayanan yang sama seperi warga umumnya sebab mereka juga adalah warga negara Indonesia," kata Mulyadi.
Sementara itu, Camat Kota Bangun Murjani menyatakan terdapat 277 orang mantan anggota Gafatar yang berada di wilayahnya.
Ke-277 mantan anggota Gafatar yang ada di Kecamatan Kota Bangun itu, sebanyak 188 orang akan dipulangkan ke Sulawesi Tengah dan 89 orang akan dipulangkan ke Sulawesi Barat.
Selama berada di Kecamatan Kota Bangun, lanjut Murjani, dua sampai tiga bayi lahir di permukiman mantan anggota Gafatar dan proses persalinan tersebut dilakukan oleh tenaga medis setempat.
"Lebih dari 95 persen mantan anggota Gafatar yang ada di Kecamatan Kota Bangun berasal dari Pulau Jawa. Sudah dua hingga tiga bayi lahir sejak mereka berada di Kota Bangun. Rencana pemulangan tersebut baru dibahas hari ini oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Pemprov Kaltim," kata Murjani.(*)