Samarinda (ANTARA) - Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 24 Samarinda, Kalimantan Timur kembali menghentikan aktivitas belajar tatap muka setelah terendam banjir yang kerap terjadi bertahun-tahun akibat curah hujan tinggi dan saluran air mampet.
"Banjir mulai masuk di sekolah kami sejak tahun 2021. Saat itu, terjadi banjir besar dengan ketinggian air mencapai hampir dua meter sehingga merusak dokumen-dokumen administrasi sekolah, termasuk ijazah siswa yang belum sempat diambil," kata Kepala SMPN 24 Samarinda Bambang, saat ditemui di lokasi sekolah, Samarinda, Sabtu.
SMP Negeri 24 Samarinda, lanjutnya, menanti eksekusi relokasi dari Pemerintah Kota Samarinda.
Banjir merupakan masalah tahunan sekolah yang didirikan pada tahun 1992 tersebut. Genangan air setinggi lebih dari satu meter seringkali merendam seluruh ruang kelas, mushola, hingga halaman sekolah.
Akibat bencana itu, pihak sekolah dengan sigap memberikan instruksi kepada seluruh peserta didik untuk melanjutkan proses pembelajaran melalui sistem daring dari rumah masing-masing demi keselamatan dan keberlangsungan pendidikan.
Seusai banjir surut, seluruh warga sekolah mulai dari siswa-siswi, dewan guru, hingga kepala sekolah bahu-membahu melaksanakan pembersihan sedimen lumpur tebal yang terbawa oleh arus banjir.
Upaya bersih-bersih itu mendapatkan bantuan dari personel Babinsa Bukit Pinang Samarinda, Sertu Hadi Sunoto, serta satu unit mobil pemadam dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Samarinda untuk menyemprotkan air bertekanan tinggi.
Sertu Hadi Sunoto menyatakan proses pembersihan lumpur yang mengendap di berbagai sudut ruangan merupakan tantangan utama dan biasanya memakan waktu antara tiga hingga empat jam, bahkan bisa lebih lama tergantung ketebalan sedimen.
Sembari menunggu solusi permanen, pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya mandiri untuk memitigasi dampak banjir, salah satunya dengan menutup pintu air sementara agar volume air di dalam sekolah tidak terus bertambah.
Kondisi kritis yang dialami SMPN 24 Samarinda sudah menjadi perhatian Pemerintah Kota Samarinda dengan rencana relokasi sebagai jalan keluar jangka panjang.
Bambang mengungkapkan Wali Kota Samarinda telah melihat langsung kondisi sekolah dan membawa permasalahan itu ke DPRD Samarinda untuk dibahas bersama.
Hasil pembahasan tersebut adalah persetujuan penganggaran untuk proyek relokasi sekolah yang dijadwalkan mulai 2026.
Pemerintah kota telah menyiapkan lahan baru yang lebih aman dari banjir di atas tanah milik pemerintah daerah seluas empat hektare. Lokasi lahan baru di dekat Masjid At Taufiq, Jalan Pangeran Suryanata, Samarinda.
Informasi yang diterima pihak sekolah menyebutkan pembangunan gedung baru SMPN 24 Samarinda dilakukan secara bersamaan dengan relokasi SDN 013, yang juga sering terendam banjir di wilayah tersebut.
