Kota Balikpapan (ANTARA) - Komunitas pengemudi daring (Ojol) Balikpapan memilih tetap skema komisi 20 persen bagi aplikator di tengah tuntutan penurunan menjadi 10 persen yang bergema di Jakarta dan berbagai kota lain di Indonesia.
Delapan komunitas ojol aktif di Balikpapan menyatakan dukungan terhadap potongan komisi yang berlaku saat ini karena dinilai memberikan kestabilan kerja dan manfaat nyata. Komunitas tersebut antara lain EL Bangor Independen, Bubuhan Bengawan Community (BBC), Black Cobra, Grab Sepinggan Community (GSC), Jawara Alfa, Ngalong Reborn, Seven Kopi GrabCar, dan Grab Driver Arizona.
“Potongan komisi 20 persen bukan masalah besar selama order tetap terjaga dan gacor. Kami juga mendapat asuransi kecelakaan, layanan customer service yang responsif, program GrabBenefits, hingga satgas bantuan di lapangan,” kata Ketua EL Bangor Independen Johan Lubis,, Senin (21/07).
menurutnya, sikap komunitas di Balikpapan ini kontras dengan aksi demonstrasi nasional yang berlangsung di Jakarta pada hari yang sama. Diinisiasi oleh Gerakan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, ribuan pengemudi ojol dan kurir online menggelar unjuk rasa di Silang Selatan Monas dan depan Istana Merdeka. Mereka menuntut agar skema potongan komisi diturunkan menjadi 10 persen, serta mendesak pemerintah menerbitkan regulasi khusus transportasi online, termasuk Perppu dan audit terhadap operasional aplikator.
Namun komunitas Balikpapan menilai tuntutan penurunan komisi tidak mewakili kondisi pengemudi aktif di lapangan, terutama di luar kota besar.
“Kami tidak meminta dimanjakan, tapi kami ingin sistem yang terbukti sehat tetap dijaga,” ujar Nico dari Seven Kopi GrabCar.
Sujiran dari GSC mengingatkan agar kebijakan tidak dipengaruhi suara dari pengemudi yang sudah tidak aktif. Agus dari BBC juga menyebut sistem digital transportasi tak hanya berdampak pada driver, tapi juga pada pelaku usaha kecil dan konsumen.
Dalam pernyataan bersama, komunitas-komunitas tersebut menyampaikan bahwa mereka tidak ikut dalam aksi 21 Juli dan meminta Kementerian Perhubungan untuk mempertimbangkan suara pengemudi aktif dalam setiap pengambilan kebijakan.
“Kami hidup dari kerja keras di jalan setiap hari. Sistem ini masih bisa menopang kami. Jangan rusak dengan kebijakan gegabah,” tegas Ketua Grab Driver Arizona Miftahul Hadi Purnomo.
