Balikpapan (ANTARA) - Yayasan Penyelamatan Orangutan Kalimantan (Borneo Orangutan Survival Foundation/BOSF) menutup sementara sejumlah fasilitas rehabilitasi orangutan di Kalimantan guna mencegah penularan virus corona tipe baru penyebab COVID-19.
“Dalam hal ini untuk mencegah penularan bukan hanya antarmanusia, tapi juga dari manusia ke orangutan,” kata Chief Executive Officer (CEO) BOSF Dr Jamartin Sihite di Samboja, Balikpapan, Rabu.
Meski diketahui virus SARS CoV-2 berasal dari hewan dan ditularkan kepada manusia dengan dampak mematikan, belum diketahui bagaimana dampaknya pada satwa liar bernama ilmiah Pongo pygmaeus.
Karena itu BOSF tidak menerima pengunjung di Samboja Lestari yang menjadi situs rehabilitasi yang saat ini menampung 121 orangutan berbagai usia, berjarak 50 kilometer (km) utara Balikpapan. Maupun di Hutan Kehje Sewen adalah tempat pelepasliaran orangutan dalam sembilan tahun terakhir, berada 600 km utara barat laut Kota Minyak di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Begitu pula di Nyaru Menteng yang berlokasi dekat Kota Palangkaraya dan Hutan Lindung Bukit Batikap yang merupakan hutan pelepasliaran di Taman Nasional Bukit Baka, Kabupaten Barito Utara, berjarak 12 jam perjalanan darat dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
“Semua kami tutup dulu, termasuk Pusat Informasi di Nyaru Menteng, juga Samboja Lodge di Samboja. Bahkan kantor pusat kami di Bogor juga tutup. Karyawan di kantor Bogor bekerja dari rumah saja,” kata Sihite.
Banyak perjalanan karyawan, seperti yang biasa dilakukan Sihite dari Bogor ke Samboja atau ke Palangkaraya ditunda atau dibatalkan.
Untuk karyawan yang pekerjaannya bertemu dan berinteraksi dengan orangutan, harus menjalani cek suhu tubuh dua kali sehari, mencuci tangan sesering mungkin, selalu menggunakan masker muka, dan mengenakan sarung tangan.
“Semua barang sekali pakai akan dibakar setelah hari kerja usai,” kata Sihite lagi.
Sejak dua pekan terakhir, seluruh karyawan juga mendapatkan asupan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Ia juga menjelaskan, penutupan ini berlangsung setidaknya selama sebulan, dan setelah itu akan dievaluasi lagi.
Lebih jauh, setiap pusat rehabilitasi juga menyiapkan tim tanggap darurat untuk orangutan sekiranya apa yang ditakutkan terjadi, yaitu terpapar SARS CoV-2.
“Namun sejauh ini kami bersyukur semua aman dan sehat,” katanya.