Samarinda (ANTARA) - Prajurit Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Malaysia dari Raider 613/Raja Alam, dalam masa tugas 11 bulan di kawasan perbatasan berhasil membangun komunikasi sosial dengan warga setempat dan menangkap para pelaku beserta barang bukti ilegal.
"Selama masa tugas itu, prajurit perbatasan antara lain berhasil menyita 6.330,73 gram narkoba yang kebanyakan sabu-sabu, berikut pelakunya," ujar Dansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 613/Raja Alam Letkol Fardin Maulana melalui rilisnya, Selasa.
Satgas berhasil menangkap pelaku plus 2.448 botol minuman keras, menerima penyerahan dari warga berupa satu pucuk senjata api penabur beserta empat butir amunisi penabur, membantu menyelamatkan 2.410 orang terdeportasi dari Malaysia, mengamankan 15 WNA Ilegal, dan menangkap 58,5 kubik kayu ilegal.
Berdasarkan informasi dari Penerangan Korem 091/Aji Surya Natakusuma Samarinda, ratusan prajurit Yonif Raider 613/Raja Alam itu telah tiba di Pelabuhan Malundung, Tarakan, Kaltara, setelah menjalankan tugas di kawasan perbatasan negara pada wilayah Kaltara. Mereka disambut haru oleh keluarga masing-masing.
Yonif Raider 613 /Raja Alam bertugas di perbatasan yang selama 11 bulan dengan melibatkan 450 prajurit yang dibagi dalam 25 pos di sepanjang wilayah perbatasan Kaltara dengan Malaysia.
Menurut Letkol Fardin, hal membanggakan selama bertugas adalah ketika prajurit menemukan patok negara yang sudah sejak lama tidak terjangkau karena jauhnya jarak menuju patok dan sulitnya medan yang harus ditempuh.
"Kami menemukan patok batas di wilayah Kecamatan Krayan yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya sejak patok tersebut didirikan pertama kali tahun 1997 dengan jumlah 131 patok," katanya.
Dalam misi penemuan patok perbatasan itu, pihaknya harus jalan kaki empat hari dari pemukiman warga menuju area blank spot, yakni area kosong dan tidak pernah terpatroli karena beratnya medan dan cuaca yang ekstrem hingga minus 10 derajat Celsius jika malam, kemudian sinar matahari yang tidak tembus ke bawah dan tidak ada jaringan satelit.
Selama proses pencarian patok, timnya sempat kehilangan kontak selama 9 hari dari prajurit yang berpatroli, sehingga hal tersebut menimbulkan kekhawatiran. Namun ia meyakini prajuritnya dapat bertahan hidup berbekal latihan dan pengalaman yang dimiliki.
"Kami bersyukur karena prajurit bisa kembali dengan selamat. Kami harap pengalaman ini bisa dijadikan pelajaran bagi semua sehingga ke depan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada prajurit yang bertugas selanjutnya," katanya.