Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Komoditas batu bara kembali dan masih menjadi unggulan ekspor Provinsi Kalimantan Timur sepanjang tahun 2017 dengan catatan devisa yang cukup besar.
"Nilai ekspornya (batu bara) mencapai 9,73 miliar dolar AS," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Provinsi Kaltim Elvina di Balikpapan, Selasa.
Bersama dengan komoditas minyak dan gas (migas), batu bara mendominasi hingga 88,9 persen seluruh ekspor produk dari Kalimantan Timur. Nilai ekspor migas tercatat 4,2 miliar dolar AS.
Seperti semula, komoditas batu bara kebanyakan dikirim ke China, India, Filipina, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang.
Menurut data yang dihimpun, migas berasal dari sumur-sumur yang diusahakan Pertamina Hulu Energi di Wilayah Kerja Mahakam, Chevron Indonesia Company, dan VICO di Muara Badak Kutai Kartanegara, termasuk gas yang diolah oleh PT Badak NGL di Bontang.
Elvina menjelaskan, komoditas nonmigas yang diekspor adalah hasil kayu olahan, hasil industri kimia, produk perikanan dan kelautan, hasil hutan ikutan, produk perkebunan dan pertanian, dan industri lainnya dengan total nilai ekspor 13,228 juta dolar AS.
Secara keseluruhan ekspor Kaltim pada 2017 tercatat 17,4 miliar dolar AS, mengalami kenaikan 31,5 persen dibandingkan tahun 2016.
"Karena harga batu bara membaik di pasar internasional," kata Elvina.
Saat ini, harga batu bara sudah kembali mencapai 100 dolar AS lebih per ton, dari semula saat terpuruk hingga hanya sekitar 30 dolar AS per ton.
Seiring membaiknya harga batu bara itu, sudah jalan-jalan poros Kalimantan Timur mulai ramai kembali transportasi alat-alat berat dan suku cadangnya yang menjadi alat produksi pertambangan.
Di sisi lain, Provinsi Kalimantan Timur ternyata memiliki sejumlah produk lain yang diekspor melalui pelabuhan di Surabaya atau Jakarta.
"Semisal hasil laut seperti teripang atau udang, dan kepiting, yang harus diekspor dari Surabaya atau Jakarta," kata Elvina.
Dalam hubungannya dengan pelayaran "direct call" yaitu layanan kapal peti kemas langsung ke Balikpapan, ia meyakini akan berdampak terhadap peningkatan nilai ekspor Kaltim.
"Oleh karena itu, target ekspor 2018 ditingkatkan 15 persen dari realisasi tahun 2017," tambah Elvina.
Kabid Perdagangan Luar Negeri ini juga mengatakan pemerintah siap memfasilitasi dan membina para pengusaha di Kaltim, terutama mereka yang memiliki potensi ekspor sehingga mampu memanfaatkan fasilitas direct call di Kariangau Kaltim Terminal.
Saat ini, ada 108 eksportir di Kaltim dengan komoditas beragam, mulai dari migas dan batu bara, hasil hutan, hasil budidaya tanaman pangan, hingga hasil laut.(*)
Baca juga: "Direct call" dari Balikpapan efisienkan ekspor