Samarinda (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyatakan Program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) mampu membuat ibu tenang bekerja, karena di tempat penitipan anak tersebut memiliki pengasuh profesional dalam mengasuh anak.
"Ini karena di Program Tamasya menyediakan pengasuh tersertifikasi, psikolog anak, dokter spesialis anak, dan adanya laporan bulanan tentang tumbuh kembang anak," ujar Deputi Bina Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BKBR) Kemendukbangga/BKKBN Wahidin di Samarinda, Kamis.
Program Tamasya, lanjutnya, merupakan daycare (tempat penitipan anak) unggul karena terstandarisasi, bahkan berkolaborasi dengan seluruh lembaga pemerintah dan swasta, sehingga memiliki nilai lebih dalam pengasuhan anak yang ditinggal kerja oleh orang tuanya.
Program ini, kata dia, merupakan salah satu program unggulan dari lima program yang dijalankan saat ini (5 Quick Wins), sebagai upaya mendukung pencapaian RPJMN 2025 – 2029, menyelaraskan AstaCita, dan mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Sedangkan empat lainnya dari 5 Quick Wins tersebut adalah Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) yang merupakan gerakan bantuan mencegah stunting bagi keluarga berisiko stunting melalui kepedulian para pihak untuk menjadi orang tua asuh dengan target sejuta balita berisiko stunting.
Berikutnya Program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang merupakan gerakan optimalisasi peran ayah dalam rangka menjawab fenomena fatherless, karena kesan selama ini pola pengasuhan anak lebih banyak dilakukan ibu, sementara ayah jarang mengurus anak dengan alasan sibuk kerja.
Kemudian Program Lansia Berdaya (Sidaya) yaitu pelayanan bagi sejuta lansia agar menjadi sehat, produktif, mandiri, dan bahagia, antara lain dengan memberdayakan lansia sesuai kapasitas, bantuan, dan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas maupun RSUD tanpa rujukan.
Program berikutnya adalah AI - Super Apps Keluarga Indonesia, merupakan pengembangan sistem aplikasi berbasis AI tentang pelayanan keluarga sejahtera dengan target sejuta generasi Z dan milenial.
Hal ini ia katakan saat menjadi pembicara dalam pertemuan Regional Internalisasi Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) 2025-2029 se- Pulau Kalimantan, digelar di Kantor Gubernur Kaltim.
"Indonesia diproyeksikan mencapai puncak bonus demografi antara 2030-2035-an, sekaligus akan menghadapi fenomena ageing population pada pertengahan abad ini. Bila tidak disiapkan dengan baik, potensi tersebut bisa menjadi beban, bukan berkah. Untuk itu, melalui 5 Quick Wins ini diharapkan mampu mewujudkan Indonesia emas," kata Wahidin.