Pengamat lingkungan dan tata kota Universitas Mulawarman Samarinda Warsilan menilai jembatan Pulau Balang yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo, mengubah lanskap transportasi Kalimantan.
"Jembatan Pulau Balang penghubung Balikpapan-Penajam Paser Utara merupakan sebuah visi yang telah lama dinantikan masyarakat Kalimantan. Keberadaan jembatan ini mengurangi biaya logistik dan transportasi antarprovinsi, terutama Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur," kata Warsilan di Samarinda, Selasa.
Ia menambahkan bahwa proyek ini juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar -- khususnya di Balikpapan, Ibu Kota Nusantara, dan Penajam Paser Utara.
Dengan beroperasinya jembatan tersebut, imbuh Warsilan, diperkirakan akan terjadi pergeseran moda transportasi.
Kendaraan pribadi dan angkutan barang akan semakin banyak menggunakan jalur darat, sementara layanan kapal penyeberangan kemungkinan akan mengalami penurunan frekuensi.
Kendaraan pribadi dan angkutan barang akan semakin banyak menggunakan jalur darat, sementara layanan kapal penyeberangan kemungkinan akan mengalami penurunan frekuensi.
"Ini adalah sebuah transisi yang wajar dalam dunia transportasi. Namun, pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memastikan bahwa sektor transportasi tetap terkelola dengan baik dan berkelanjutan," kata Warsilan.
Di sisi lain, menurutnya, jembatan Pulau Balang juga membuka peluang bagi pengembangan kawasan industri, pariwisata, dan permukiman baru.
"Dengan konektivitas yang lebih baik, kawasan ini akan semakin menarik bagi investor," ujarnya.
Peneliti Senior Institut Studi Transportasi Felix Iryantomo juga menyambut positif beroperasinya jembatan ini.
Menurutnya, jembatan Pulau Balang akan memangkas waktu tempuh secara signifikan dan membuka peluang-peluang baru bagi pengembangan wilayah.
Menurutnya, jembatan Pulau Balang akan memangkas waktu tempuh secara signifikan dan membuka peluang-peluang baru bagi pengembangan wilayah.
"Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan proyek ini juga bergantung pada kelancaran akses jalan penghubung dari jembatan menuju kota-kota di sekitarnya," ujar Felix.
Ia juga menyoroti potensi dampak terhadap layanan angkutan penyeberangan yang selama ini menjadi tulang punggung transportasi di wilayah tersebut.
Selain membawa dampak positif, kata Felix pula, proyek ini juga menghadirkan sejumlah tantangan.
Salah satunya adalah potensi peningkatan volume lalu lintas di sekitar jembatan, yang dapat memicu kemacetan jika tidak diantisipasi dengan baik.
"Pemerintah perlu melakukan kajian lalu lintas secara komprehensif dan membangun infrastruktur pendukung yang memadai," ucapnya.