Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menggenjot percepatan rehabilitasi mangrove pada 2024 sesuai dengan target yang ditentukan.
Kepala Kelompok Kerja Rehabilitasi Mangrove Wilayah Kalimantan-Papua BRGM Giri Suryanata di Samarinda, Minggu, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mempercepat restorasi mangrove, terutama untuk kegiatan yang dibiayai oleh Bank Dunia.
"Untuk Kalimantan Timur target 2024 cukup besar, sekitar 25.000 hingga 30.000 hektare. Ini tersebar di beberapa kabupaten yang memiliki garis pantai dan potensi mangrove," ujarnya.
Ia menjelaskan program restorasi mangrove di Kaltim bagian dari program nasional yang juga melibatkan provinsi lain, seperti Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Utara. Bahkan, untuk Kalimantan Utara, kegiatan restorasi mangrove dengan pendanaan Bank Dunia telah dimulai.
"Kita berharap, kegiatan serupa segera bisa kita laksanakan di Kaltim. Saat ini, kami sedang melakukan koordinasi intensif dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan target rehabilitasi mangrove di Kaltim pada 2024 searah dengan nasional. Secara nasional, sebaran mangrove di Kaltim masuk lima besar dengan luasan sekitar 217 ribu hektare, sedangkan lahan yang menjadi indikatif BRGM seluas 114 ribu hektare.
Giri mengakui bahwa mencapai target tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri. Selain kendala teknis, juga ada tantangan sosial yang harus diatasi.
"Oleh karena itu, pendekatan kepada masyarakat sangat penting. Kita harus melibatkan mereka sejak awal agar program restorasi ini bisa berjalan efektif dan berkelanjutan," katanya.
"Oleh karena itu, pendekatan kepada masyarakat sangat penting. Kita harus melibatkan mereka sejak awal agar program restorasi ini bisa berjalan efektif dan berkelanjutan," katanya.
Ia menjelaskan restorasi mangrove memiliki sejumlah manfaat, antara lain penahan gelombang dan arus laut sehingga dapat mencegah abrasi pantai dan melindungi garis pantai dari dampak badai dan tsunami, filter alami yang dapat menyaring polutan sehingga menjaga kualitas air.
Selain itu, sebagai habitat bagi berbagai jenis satwa, seperti ikan, udang, kepiting, dan burung, serta mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang besar sehingga dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Selain itu, sebagai habitat bagi berbagai jenis satwa, seperti ikan, udang, kepiting, dan burung, serta mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang besar sehingga dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Ia berharap, program restorasi mangrove membuat ekosistem mangrove di Kaltim pulih.
"Kita ingin mangrove di Kaltim tidak hanya berfungsi sebagai penahan abrasi, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar," katanya.
"Kita ingin mangrove di Kaltim tidak hanya berfungsi sebagai penahan abrasi, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar," katanya.
Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Dinas Lingkungan Hidup Kaltim Sopian Noor menjelaskan DLH Kaltim berperan dalam mengoordinasikan dan menyinkronkan data terkait dengan rehabilitasi mangrove.
“Kami mengumpulkan data dari berbagai instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk menyusun strategi rehabilitasi yang efektif,” ujarnya.
DLH Kaltim juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat pesisir mengenai pentingnya mangrove dan manfaatnya.
Pihaknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar memahami pentingnya menjaga kelestarian mangrove.
Pihaknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar memahami pentingnya menjaga kelestarian mangrove.
"Saat ini, DLH Kaltim tengah fokus pada rehabilitasi mangrove di kawasan Delta Mahakam. Delta Mahakam merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar untuk rehabilitasi mangrove,” katanya.
Rehabilitasi mangrove di Kaltim dilakukan secara sinergis antara berbagai instansi, seperti DLH, Dinas Perikanan, dan Dinas Kehutanan serta BRGM.
Kerja sama antarinstansi, katanya, penting untuk memastikan keberhasilan program rehabilitasi mangrove.
Kerja sama antarinstansi, katanya, penting untuk memastikan keberhasilan program rehabilitasi mangrove.