Jakarta (ANTARA) - Kabupaten Kutai Timur (Kutim) salah satu daerah dari 99 kabupaten/kota di Indonesia yang dinyatakan bebas penyakit frambusia atau penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum Pertenue.
Bebasnya Kutai Timur dari penyakit frambusia dengan diberikannya sertifikat penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan yang diterima langsung oleh Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman pada acara hari NTD (Neglected Tropical Diseases) sedunia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
“Kami memberikan sertifikat ini sebagai bentuk apresiasi kepada kabupaten/kota yang terbebas dari frambusia. Agar daerah lain dapat termotivasi melakukan upaya pencegahan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Rabu.
Budi mengatakan Kementerian Kesehatan menargetkan tahun 2027 Indonesia harus jadi negara di regional Asia Tenggara yang terbebas dari penyakit frambusia.
Dia menjelaskan penyakit frambusia adalah penyakit yang paling sering menyerang anak-anak di daerah tropis. Disebabkan dengan infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi kulit, tulang, dan tulang rawan.
Sementara itu Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman usai menerima sertifikat mengatakan penghargaan yang diterima Kutai Timur merupakan kerja keras semua pihak dalam melakukan pencegahan di Kutai Timur.
“InsyaAllah Kutim aman dari frambusia, selama ini tidak pernah melihat anak-anak terkena penyakit itu,” katanya.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim Dr Bahrani.
“Setelah tahapan yang kami lalui, selama tiga tahun kami tidak pernah menemukan kasus frambusia di Kutim,” ucapnya.
Lanjutnya, penyakit frambusia termasuk kasus lama yang sering terabaikan, penyakit yang jarang terdengar tapi merupakan penyakit kronis.
“Penyakit ini awalnya berupa koreng saja, tapi kalau dibiarkan dapat menyebabkan kelumpuhan, kecacatan dan lain-lain,” kata Bahrani.
Dia berharap dengan diterimanya penghargaan itu, Pemkab Kutim tetap terus berusaha melakukan evaluasi agar memastikan tidak ada kasus frambusia tersebar di Kutim.
“Sertifikat ini akan terus berlaku selama tidak ada kasus frambusia,” pungkasnya.