Wahau, Kaltim (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyebut Masyarakat Adat Wehea ibarat perpustakaan, karena di dalamnya banyak tersimpan beragam informasi tentang berbagai hal mulai lingkungan hingga kearifan lokal.
"Bagi kami, Masyarakat Adat Wehea ibarat perpustakaan, di dalamnya banyak tersimpan sumber informasi yang dapat bermanfaat untuk kemajuan daerah," kata Kepala DPMPD Kaltim Puguh Harjanto, mewakili Gubernur Kaltim saat Pesta Adat dan Budaya Lom Plai di Wehea, Kecamatan Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Sabtu.
Dalam Masyarakat Adat Wehea (Dayak Wehea), lanjutnya, banyak hal yang bisa dipelajari tentang langkah menjaga ketahanan pangan keluarga, termasuk menjaga lingkungan tetap lestari dengan memanfaatkan hutan non-kayu untuk kebutuhan hidup.
“Termasuk pola penyimpanan padi setelah panen dan mensyukuri hasil panen yang didapat yang diterjemahkan melalui pesta adat Lom Plai. Kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah baik yang terkait dengan ketahanan pangan maupun pelestarian budaya,” katanya.
Wehea tidak hanya kaya dengan adat dan budaya, kata dia, tetapi juga kaya dengan ragam alam yang masih terjaga dan dirawat, salah satunya yaitu Hutan Lindung Wehea yang merupakan penyumbang oksigen bagi kehidupan di bumi, bukan hanya untuk manusia, tapi juga semua makhluk bumi.
“Kami yakin masyarakat adat di Kaltim, khususnya di Kabupaten Kutai Timur, mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan jika diberdayakan. Kami pun terus mendorong masyarakat adat untuk menuju arah yang lebih maju,” katanya.
Dorongan yang telah dan sedang dilakukan DPMPD Kaltim antara lain penguatan kapasitas masyarakat adat tentang penyusunan dokumen pengakuan Masyarakat Hukum Adat (MHA).
Kemudian penyiapan hingga pelatihan bantuan hukum (paralegal) bagi masyarakat adat, bimbingan teknis ketahanan pangan, advokasi penyempurnaan dokumen pengakuan MHA, pendampingan menuju pengakuan, dan perlindungan MHA.
selain itu penyediaan tanaman buah buahan untuk persiapan desa wisata buah, pelatihan budi daya madu kelulut sekaligus bantuan koloni madu kelulut, penguatan kapasitas tenaga kesehatan desa.
“Bahkan dalam waktu dekat ini kami juga melakukan penguatan penanganan stunting, ditambah dengan penguatan masyarakat adat dalam memanfaatkan perkarangan untuk dijadikan lanskap program ketahanan pangan,” kata Puguh.