Balikpapan (ANTARA) - Komoditas minuman ringan turut menjadi pemicu inflasi di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengingat minuman ini terutama yang dijual dingin di warung-warung dan toko swalayan menjadi pilihan banyak warga karena praktis untuk menghilangkan haus saat cuaca panas.
Suhu di Balikpapan saat siang hari mencapai 31 derajat Celsius pada pukul dua siang, sementara suhu di pagi hari pada pukul tujuh ada pada angka 26 derajat Celsius.
"Minuman bersoda jadi lebih cepat habis," kata Budi, pemilik warung di Km 5 Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, sambil mengisi ulang kulkasnya dengan minuman kaleng baru dari dus.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada bulan Agustus 2023, Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Pada Juli lalu kita mengalami inflasi sebesar 0,53 persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Bambang Setyo Pambudi, Rabu.
Sementara secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan tercatat sebesar 3,85 persen, atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat pada 3,27. Bahkan masih lebih tinggi dari inflasi gabungan dua kota di Kaltim yang totalnya 3,82 persen.
"Saat ini inflasi tahun kalender berjalan di Kota Balikpapan hingga bulan Agustus lalu adalah 2,60 persen," kata Pambudi.
Selain minuman ringan, komoditas penyumbang inflasi Balikpapan lainnya tergolong rutin, yaitu harga tiket pesawat, cabai rawit, beras, harga tiket kapal laut.
Tiket pesawat naik, karena lalu-lalang orang untuk proyek-proyek nasional dan internasional seperti Proyek RDMP Pertamina dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Balikpapan dan sekitarnya terus meningkat.
Semakin banyak orang juga semakin banyak pasokan makanan yang dibutuhkan yang membuat permintaan cabai tak pernah berhenti bertambah, sementara pasokannya tidak bisa serta-merta ditambah.
Adapun kenaikan harga beras dipicu oleh mulai menurunnya produksi karena musim kemarau, membawa naik harga gabah kering panen dan gabah kering giling di tingkat petani.
Namun demikian, laju inflasi tertahan oleh deflasi di komoditas volatile food. Harga ikan layang dan ikan tongkol turun karena pasokannya melimpah. Cuaca baik menyebabkan nelayan rajin turun ke laut.
Penurunan harga lebih lanjut pada komoditas daging ayam ras dan semangka disebabkan oleh mulai normalnya konsumsi masyarakat karena sekolah sudah kembali mulai. Sementara itu, penurunan harga bawang merah karena sudah masuk musim panen bawang merah di Jawa Timur dan daerah penghasil lainnya.
"Kami akan terus berusaha menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusinya," kata Pambudi, menyebutkan sinergi Bank Indonesia bersama pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan untuk menjaga tingkat inflasi pada rentang target inflasi nasional yang 3-1 persen.