Pengelola Bendungan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Kementerian PUPR menjamin ketersediaan air di Bendungan Benanga Samarinda mencukupi untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta irigasi pertanian menghadapi musim kemarau panjang (El Nino).
"Saat ini, tinggi muka air di tampungan mencapai 7,05 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan volume kapasitas air sebesar 273.600 meter kubik, yang masih mencukupi untuk distribusi ke PDAM dan area persawahan," ujar Koordinator UPB Lempake, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Kementerian PUPR Erwin di Samarinda, Kamis.
Pengelola Bendungan Benanga Samarinda, lanjut Erwin, telah melakukan pemantauan selama seminggu terakhir terhadap kondisi Bendungan Benanga Samarinda untuk memastikan pasokan ke PDAM dan irigasi pertanian hadapi musim kemarau.
"Saat ini, tinggi muka air di tampungan mencapai 7,05 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan volume kapasitas air sebesar 273.600 meter kubik, yang masih mencukupi untuk distribusi ke PDAM dan area persawahan," ujar Koordinator UPB Lempake, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Kementerian PUPR Erwin di Samarinda, Kamis.
Pengelola Bendungan Benanga Samarinda, lanjut Erwin, telah melakukan pemantauan selama seminggu terakhir terhadap kondisi Bendungan Benanga Samarinda untuk memastikan pasokan ke PDAM dan irigasi pertanian hadapi musim kemarau.
Erwin menjelaskan suplai air untuk PDAM berada pada tingkat 140 cm, sementara debit pengambilannya masih normal dengan rata-rata 170 liter per detik. Tapi, di beberapa area persawahan di wilayah Lempake, saluran sekunder mengalami penurunan pasokan air.
"Untuk irigasi, Bendungan Lempake melayani sekitar 230,84 hektar sawah dengan luas potensial mencapai 483,72 hektar," katanya.
Meski tanpa hujan, pengelola meyakini air bendungan masih bisa untuk mencukupi kebutuhan PDAM selama lima sampai enam bulan.
Baca juga: Pemprov Kaltim siap cegah karhulta jelang musim kemarau 2023
Balai Wilayah Sungai membantu menyuplai distribusi air pada kondisi kemarau meskipun kewenangan suplai untuk area persawahan berada di Dinas PUPR Kota.
Selain pemantauan secara langsung pada Bendungan Benanga Samarinda, pengelola juga mengikuti laporan BMKG tentang proyeksi puncak kemarau pada Agustus hingga September.
"Semua langkah dilakukan untuk memastikan ketersediaan air tetap terjaga dan memberikan dampak positif bagi pertanian dan kebutuhan masyarakat sekitar," ujar Erwin yang mengaku belum ada keluhan dari masyarakat tentang pasokan air baku terutama untuk PDAM serta persawahan.
Sementara, Ketua Kelompok Tani Muang Ilir Aliansyah menyatakan pengairan dari Bendungan masih kurang dari kondisi normal untuk mengairi sawah petani pada musim kemarau.
"Dalam kondisi cuaca yang sedang kering, air pengairan kadang dikurangi, menyebabkan petani harus lari ke parit untuk mencari air guna mengairi sawah mereka," ujar Aliansyah.
Aliansyah mengatakan kelompok tani di wilayahnya terdiri dari sekira 30-40 petani, yang mayoritas bergantung pada hasil pertanian sebagai sumber penghidupan.
Baca juga: Perkebunan Kaltim siapkan 433 embung hadapi kemarau
Baca juga: Perkebunan Kaltim siapkan 433 embung hadapi kemarau
"Namun, kendala seperti kekurangan pupuk dan kondisi air yang tidak mencukupi mempengaruhi hasil panen," ujar Aliasnyah.
Kelompok tani itu mengaku sudah mencoba menghubungi pengelola bendungan. Tapi, kelompok tani menilai pengelola bendungan belum memahami kebutuhan para petani.
"Kami berharap pengairan dari Bendungan segera dipulihkan agar pertanian di wilayah kami berjalan lancar," kata Aliansyah.