Bontang (ANTARA) - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) salurkan bantuan delapan unit alat selam bagi kelompok nelayan Kimasea Kelurahan Loktuan Bontang Utara guna mendukung kemandirian nelayan binaan sekaligus optimalisasi program konservasi terumbu karang berbasis masyarakat. Bantuan berupa Bouyancy Compensator Device (BCD), scuba tank, diving regulator, wetsuit hingga kompresor pengisi scuba tank.
VP Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PKT Anggono Wijaya, mengatakan pengadaan alat selam bagi kelompok nelayan Kimasea merupakan kesinambungan upaya PKT memaksimalkan program konservasi terumbu buatan yang telah berjalan sejak 2009.
Kelompok nelayan Kimasea merupakan agen konservasi yang dibina PKT mulai 2017, sekaligus diberdayakan untuk pembuatan hingga penurunan dan pemantauan terumbu di perairan Tobok Batang Kota Bontang, yang merupakan kawasan konservasi PKT.
"Dengan bantuan ini, diharap kelompok nelayan Kimasea dapat terus meningkatkan peran dalam menjaga kelangsungan ekosistem laut, sekaligus menjadi agen konservasi berbasis masyarakat nelayan secara mandiri," ujar Anggono, Kamis (9/6/2022).
Dijelaskan Anggono, pembinaan kelompok Kimasea yang merupakan para nelayan sekitar PKT, didasari masih maraknya penangkapan ikan dengan cara tidak ramah lingkungan yang mengancam ekosistem laut.
Terlebih dengan program penurunan terumbu buatan hingga 500 unit setiap tahun, dinilai tidak akan maksimal jika kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem tidak ikut dibentuk.
Untuk itu, pembinaan dilakukan sebagai bentuk ajakan PKT kepada seluruh nelayan agar senantiasa menjaga ekosistem perairan dengan melakukan aktivitas penangkapan ikan secara legal tanpa merusak lingkungan seperti pengeboman dan lainnya.
Kelompok Kimasea yang awalnya tidak sampai 10 orang kini berjumlah 14 nelayan, dibekali beragam kemampuan untuk mendukung aktivitas konservasi mulai dari pelatihan transplantasi terumbu hingga sertifikasi menyelam.
Dari bekal pelatihan itu, nelayan binaan mampu menjaga perkembangan terumbu melalui metode transplantasi, mengingat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding mengandalkan proses pembentukan alami pasca penurunan.
Begitu juga dengan pelatihan dan sertifikasi menyelam, merupakan bekal utama untuk pemantauan serta monitoring perkembangan terumbu buatan agar potensi kerusakan oleh beragam faktor bisa diantisipasi.
"Selain diberdayakan untuk pembuatan hingga penurunan dan monitoring berkala program terumbu buatan PKT, kelompok Kimasea juga berperan aktif menumbuhkan kesadaran nelayan agar melakukan aktivitas melaut yang ramah lingkungan," terang Anggono.
Setelah empat tahun masa pembinaan dan melihat kemandirian kelompok dalam meningkatkan kesejahteraan anggota secara berkesinambungan, kelompok Kimasea dinyatakan exit program pada 2021.
Namun PKT tidak langsung memutus pembinaan, mengingat exit strategy diarahkan pada maintenance program yang tetap difasilitasi dengan berbagai pengembangan agar produktivitas kelompok terus tercapai secara optimal.
"Bantuan alat selam ini merupakan komitmen exit strategy PKT dalam mendukung kemandirian kelompok Kimasea, sehingga program pembinaan yang selama ini berjalan memiliki nilai keberlanjutan serta makin berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan," tambah Anggono.
Sesuai dengan sasaran TSJL PKT, Anggono menegaskan kesinambungan program konservasi dan pelestarian lingkungan serta keanekaragaman hayati akan terus dikembangkan PKT, baik perluasan program yang selama ini berjalan maupun inovasi baru dengan pelibatan masyarakat melalui pemberdayaan dan pembinaan.
Hal itu juga langkah PKT dalam mendukung terwujudnya kemandirian masyarakat di berbagai bidang, sekaligus mendorong tercapainya 17 indikator Sustainable Development Goals (SDGs) dengan konsep pembinaan berkelanjutan.
"Konsep ini akan terus dikembangkan PKT sesuai amanat Kementerian BUMN terkait implementasi TJSL, dengan terus aktif sebagai agen pembangunan dalam mendukung seluruh bidang kehidupan masyarakat,” kata Anggono.
Ketua Kelompok Nelayan Kimasea Jusman, mengatakan bantuan alat selam ini sangat bermanfaat dan dibutuhkan untuk pemantauan perkembangan terumbu secara berkala, agar konservasi yang selama ini berjalan dapat terus terjaga dan dimaksimalkan.
Dirinya pun mengapresiasi sekaligus menyampaikan terima kasih atas kepedulian PKT yang senantiasa mendukung kelompoknya agar lebih berdaya, mengingat pembinaan PKT sangat berdampak terhadap kemajuan kelompok maupun pengembangan kapasitas anggota dengan beragam keterampilan yang dibekali.
"Kami tidak hanya diberdayakan untuk pembuatan dan penurunan terumbu buatan, tapi pembinaan PKT juga telah merubah pola pikir anggota kelompok agar melakukan aktivitas penangkapan ikan secara ramah lingkungan. Hal ini pula yang kini kami dorong ke seluruh nelayan agar perairan Bontang bisa terjaga dengan baik," terang Jusman.
Selama periode 2017-2022, kelompok Kimasea telah menurunkan sekitar 2.500 terumbu buatan di perairan Tobok Batang, dan saat ini ada 500 terumbu baru yang siap diturunkan di area konservasi tersebut.
Meskipun telah memasuki exit program, dirinya bersama anggota kelompok Kimasea berkomitmen untuk terus meningkatkan aktivitas konservasi secara mandiri, seiring bekal dan kemampuan yang dimiliki pasca pembinaan PKT.
"Terlebih kekayaan bawah air Bontang memiliki potensi untuk dikembangkan, menjadi pariwisata unggulan daerah yang bisa menarik minat wisatawan. Hal ini yang akan kami gencarkan ke depan, disamping menjaga ekosistem perairan yang mulai terbentuk selama konservasi," pungkas Jusman.(*)